Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agnes Setyowati
Akademisi

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Pendekatan Budaya sebagai Alternatif Memutus Rantai Penyebaran Covid-19

Kompas.com - 14/12/2020, 13:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

VAKSIN dan virus Corona masih menjadi isu utama di dunia. Hingga saat ini perkembangan kasus Covid-19 di seluruh dunia telah mencapai angka 70.140.449 kasus.

Alih-alih menunjukkan pelandaian, jumlah kasus covid-19 terus meningkat dan klaster penyebaran baru juga terus bertambah.

Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan per 13 Desember 2020, pasien positif Covid-19 telah mencapai 617.820 kasus, sebanyak 505.836 orang sembuh dan 18.819 orang meninggal.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dan strategi untuk menanggulangi pandemi global ini. Sebagai upaya kuratif pemerintah terus mengerahkan gugus covid dengan melibatkan tenaga medis, tenaga kesehatan, serta relawan covid untuk membantu masyarakat yang terpapar virus ini.

Akan tetapi, di level masyarakat masih banyak kendala. Berbagai survei menunjukkan beberapa persoalan utama yang menghambat pemutusan rantai penyebaran virus antara lain ketidakperdulian masyarakat akan bahaya Covid-19, cara pandang fatalistis hingga alasan faktor ekonomi yang mengharuskan mereka untuk bekerja di situasi pandemi ini.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa Covid 19 bisa memiliki dampak yang sangat besar di banyak aspek kehidupan masyarakat, baik ekonomi, sosial, maupun budaya.

Keberadaan vaksin pun tidak dapat sepenuhnya menjamin bahwa pandemi akan segera berakhir sehingga diperlukan sosialisasi secara masif dan efektif untuk menyerukan kewaspadaan kepada masyarakat akan bahaya dari virus corona ini.

Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya mulai dari yang bersifat medis hingga regulasi hukum, kenyataannya kasus covid 19 terus bertambah dan masih banyak ditemukan pelanggaran dan pengabaian protokol kesehatan.

Perubahan budaya

Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya medis dan hukum, keduanya tidak akan berjalan secara efektif apabila tidak ada partisipasi aktif dari masyarakat untuk mencegah meluasnya penularan.

Oleh karena itu, secara moral masyarakat harus membangun kesadaran dan tanggung jawab penuh untuk bersama-sama mengakhiri pandemi ini.

Namun, dalam konteks Indonesia, tidak mudah melakukan ini karena karakteristik masyarakat kita yang beragam dan partikularistik.

Sebagai jalan alternatif pendekatan kultural-persuasif perlu dilakukan untuk kondisi sosial yang terbilang kompleks ini.

Harus diakui, mengubah perilaku sosial memang tidak mudah karena kebiasaan atau kultur lama masyarakat yang potensial memunculkan klaster baru Covid-19 masih kerap terjadi, seperti budaya paguyuban, kegiatan berkumpul dalam acara adat, keagamaan, atau kegiatan seni.

Hal ini yang memang menjadi salah satu dari banyak alasan mengapa angka kasus pasien positif corona belum menunjukkan pelandaian hingga saat ini.

Dalam upaya menanggulangi penyebaran virus, pendekatan kultural harus dilakukan karena cara ini paling dekat dan menjadi bagian integral di kehidupan masyarakat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com