Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Gejala Baru Covid-19, Apa Itu Delirium?

Kompas.com - 11/12/2020, 16:32 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi yang dipublikasikan pada awal November 2020 menyatakan bahwa delirium menjadi salah satu gejala yang muncul pada penderita Covid-19.

Studi itu dilakukan para peneliti dari Universitas Oberta de Catalunya (UOC). Gejala ini terjadi khususnya pada kelompok lanjut usia (lansia).

Hal yang sama juga diungkapkan Dokter Spesialis Saraf dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), dr Rubiana Nurhayati, Sp.S, seperti diberitakan Sains Kompas.com, Rabu (10/12/2020).

Di media sosial, perbincangan soal delirium ini pun ramai dalam beberapa hari terakhir.

Apa itu delirium?

Dilansir dari Medical News Today, delirium adalah perubahan tiba-tiba yang terjadi pada fungsi mental seseorang. Gangguan ini menyebabkan perubahan cara berpikir dan perilaku serta tingkat kesadarannya.

Delirium juga memengaruhi kemampuan berkonsentrasi, berpikir, mengingat, dan pola tidur seseorang.

Delirium dapat terjadi akibat penuaan, keracunan alkohol, konsumsi obat-obatan tertentu, dan kondisi medis yang mendasari.

Baca juga: Studi Ini Temukan Delirium Bisa Jadi Penanda Awal Covid-19, Khususnya pada Lansia

Jenis Delirium

Mengutip MayoClinic, para ahli dan dokter telah mengidentifikasi penyakit ini dan menggolongkan dalam 3 jenis, yaitu

  • Delirium hiperaktif
    Jenis ini merupakan merupakan yang paling mudah dikenali, yang ditandai dengan kegelisahan (mondar-mandir), agitasi, perubahan suasana hati yang cepat atau halusinasi, dan penolakan untuk bekerja sama.

  • Delirium hipoaktif
    Untuk jenis ini, biasanya diketahui dengan sikap yang tidak seaktif biasanya atau berkurangnya aktivitas motorik, kelesuan, rasa kantuk yang tidak normal, atau tampak linglung pada seseorang

  • Delirium campuran
    Untuk jenis delirium campuran memiliki tanda dan gejala yang sama antara delirium hiperaktif dan hipoaktif. Seseorang dapat dengan cepat beralih dari keadaan delirium hiperaktif ke hipoaktif.

Penyebab delirium

Delirium terjadi ketika pengiriman dan penerimaan sinyal normal di otak mengalami gangguan.

Gangguan ini kemungkinan besar disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor yang membuat otak rentan dan memicu terjadi malfungsi pada aktvitas otak.

Meski saat ini para dokter masih mencari tahu penyebab pasti delirium, namun ada beberapa penyebab yang disebut menjadi pemicunya:

  • Efek dari obat-obatan tertentu atau toksisitas obat
  • Keracunan alkohol atau obat
  • Kondisi medis, seperti stroke, serangan jantug, penyakit paru-paru atau hati yang memburuk, atau cedera akibat jatuh
  • Ketidakseimbangan metabolik, seperti natrium rendah atau kalsium rendah
  • Penyakit parah atau kronis
  • Demam dan infeksi akut, terutama pada anak-anak
  • Infeksi saluran kemih, pneumonia atau flu
  • Paparan toksin, seperti karbon monoksida, sianida atau racun lainya
  • Malnutrisi atau dehidrasi
  • Kurang tidur atau tekanan emosional yang parah
  • Rasa sakit
  • Pembedahan atau prosedur medis lain yang menggunakan anestesi

Baca juga: Studi: Covid-19 Berpotensi Merusak Paru-paru dan Gejala Jangka Panjang

Diagnosis

Untuk mengecek apakah seseorang tengah mengalami kondisi delirium atau tidak, para dokter akan memperhatikan gejala fisik dan psikologis pasien tersebut.

Dokter dapat menggunakan kombinasi penilaian kesehatan kognitif, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium untuk membantu mereka mendiagnosis delirium dan mengidentifikasi penyebab yang mendasari.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com