Sebaliknya, ARV menargetkan dan memblokir berbagai tahapan siklus hidup virus. Dengan demikian, virus tidak dapat mereplikasi dan membuat salinan dirinya sendiri.
Jika pengobatan terus berlanjut tanpa gangguan, populasi virus dalam tubuh akan turun ke titik yang dianggap tidak terdeteksi.
Namun, karena virus tidak terbunuh, ia dapat muncul kembali (rebound) jika pengobatan tiba-tiba dihentikan.
Hal yang sama juga dapat terjadi jika obat tidak diminum secara konsisten sesuai resep.
Seiring waktu, dosis yang tidak konsisten juga dapat menyebabkan perkembangan resistensi virus terhadap obat dan pada akhirnya berakibat pada kegagalan pengobatan.
Baca juga: 4 Cara Penularan HIV/AIDS dan Efektivitasnya
Sebelum tahun 1996, harapan hidup rata-rata seorang pria berusia 20 tahun yang baru terinfeksi HIV adalah 19 tahun.
Pada waktu itu, obat ARV cukup berhasil memperlambat efek dari HIV, namun resistansi virus terhadap obat berkembang dengan cepat. Sehingga, efek positif dari terapi ARV hanya mampu bertahan selama beberapa tahun saja.
Pada saat yang sama, jumlah pil ARV yang harus dikonsumsi oleh pengidap HIV sangat banyak.
Dalam beberapa kasus, seseorang akan dihadapkan dengan 30 pil atau lebih per hari, dan harus diminum sepanjang waktu dengan interval empat hingga enam jam.
Seiring berjalannya waktu, terapi ARV modern kini telah berkembang ke titik di mana efek samping dari obat berhasil dikurangi.
Resistensi virus terhadap obat juga berkembang lebih lambat, dan di sisi lain pemberian dosis juga berkurang dengan hanya membutuhkan satu pil per hari.
Baca juga: Akhiri AIDS pada 2030, Perkuat Kolaborasi dan Tingkatkan Solidaritas!
Saat ini dengan pengobatan yang tepat, seseorang yang baru terinfeksi HIV dapat berharap untuk menjalani hidup mendekati normal.
Menurut penelitian, seorang pria berusia 20 tahun yang terinfeksi HIV saat ini, dapat bertahan hidup hingga usia 70-an dan seterusnya.
Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, (1/12/2019), berdasarkan kajian WHO, seorang ODHA yang mengonsumsi ARV secara efektif, dapat mengurangi risiko penularan ke pasangan seksual yang tidak terinfeksi hingga sebesar 96 persen.
WHO pun merekomendasikan, seorang yang hidup dengan HIV di tubuhnya, harus mendapatkan ARV agar memperpanjang harapan hidup dan secara signifikan mengurangi penularan HIV.