KOMPAS.com - Jumlah kasus kumulatif Covid-19 yang telah dilaporkan di Indonesia hingga Senin (23/11/2020) telah melewati angka 500.000 kasus positif.
Update corona hari ini, pemerintah kembali mengumumkan adanya 4.442 kasus baru virus corona, sehingga jumlah total kasus menjadi sebanyak 502.110 kasus.
Adapun jumlah pasien yang sembuh dilaporkan mengalami peningkatan sebesar 4.198 orang sehingga total menjadi 422.386 orang.
Sementara, jumlah kasus kematian juga bertambah sebanyak 118 menjadi total 16.002 kasus.
Kasus-kasus ini tersebar di 34 provinsi dan 505 kabupaten/kota di Indonesia.
Baca juga: AstraZeneca: Vaksin Corona Efektif 90 Persen dalam Uji Coba Tahap 3
Lihat postingan ini di Instagram
Dikutip dari Pandemic Talk, hampir 9 bulan sejak kasus pertama Covid-19 diidentifikasi di Indonesia hingga saat ini mencapai total 500.000 kasus positif, berikut adalah rincian peningkatan kasusnya:
2 kasus ke 50 ribu kasus: 115 hari
50 ribu kasus ke 100 ribu kasus: 32 hari
100 ribu kasus ke 150 ribu kasus: 26 hari
150 ribu kasus ke 200 ribu kasus: 17 hari
200 ribu kasus ke 250 ribu kasus: 13 hari
250 ribu kasus ke 300 ribu kasus: 11 hari
300 ribu kasus ke 350 ribu kasus: 11 hari
350 ribu kasus ke 400 ribu kasus: 11 hari
400 ribu kasus ke 450 ribu kasus: 15 hari
450 ribu kasus ke 500 ribu kasus: 11 hari
Baca juga: Corona Indonesia Tembus 500.000, Ini 5 Provinsi dengan Kasus Terbanyak
Menanggapi "capaian" kasus Covid-19 di Indonesia telah melewati angka 500.000, Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menyebut bahwa angka ini bukanlah hal yang ada di luar prediksi.
"Jumlah kasus kumulatif yang mencapai 500.000 hari ini bukanlah sesuatu yang mengagetkan, juga bukan sesuatu yang di luar prediksi," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (23/11/2020) sore.
Menurut dia, angka kasus sesungguhnya bahkan bisa jauh lebih besar.
"Dari sisi estimasi saya, jumlah kasus sesungguhnya bisa tiga kali dari yang dilaporkan secara resmi," ujarnya.
Dicky menilai, kondisi ini disebabkan oleh masalah testing dan tracing yang sejak awal pandemi belum dapat dituntaskan.
Baik dari segi jumlah testing, kecepatan pelaporan, kualitas hingga pemerataan hingga ke daerah-daerah.
"Testing dan tracing ini masih jadi masalah, masih belum memadai," kata dia.
Menurut Dicky, kedua instrumen ini menjadi kendala yang sudah terjadi selama berbulan-bulan, sehingga test positivity rate dari awal pandemi hingga hampir 9 bulan pandemi di Indonesia selalu berada di atas 10 persen.