Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diklaim 94,5% Efektif, Vaksin Corona Moderna Akan Dihargai Mulai dari Rp 354 Ribu

Kompas.com - 22/11/2020, 14:05 WIB
Mela Arnani,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perusahaan bioteknologi Amerika Serikat, Moderna, bekerja sama dengan National Institutes of Health tengah mengembangkan vaksin corona yang disebut dengan mRNA-1273.

Kepala Eksekutif Moderna, Stephane Bancel, mengaku akan mematok harga antara 25 hingga 37 dollar AS atau antara Rp 354.125 hingga Rp 524.105 per dosis kandidat vaksinnya.

"Karena itu, biaya vaksin kami hampir sama dengan suntikan flu, yaitu antara 10-50 dollar AS," ujar Bancel seperti dikutip dari CNA, 22 November 2020.

Sebelumnya, Moderna mengklaim keefektifan vaksin Covid-19 eksperimentalnya mencapai 94,5 persen.

Hal ini diungkapkan berdasarkan data sementara dari uji klinis tahap akhir.

Moderna menjadi pengembang vaksin virus corona kedua yang melaporkan hasil yang jauh melebihi harapan, setelah Pfizer dan BioNTech.

Baca juga: 4 Vaksin Corona yang Efektivitasnya Diklaim Mencapai 90 Persen

Seorang pejabat Uni Eropa menuturkan, Komisi Eropa berkeinginan mencapai kesepakatan dengan Moderna untuk pasokan jutaan dosis kandidat vaksin berharga di bawah 25 dollar AS per dosis.

"Belum ada yang ditandatangani, tapi kami hampir mencapai kesepakatan dengan Komisi Uni Eropa. Kami ingin mengirimkannya ke Eropa dan sedang dalam pembicaraan konstruktif," ujar Bancel.

Pembicaraan Uni Eropa dengan Moderna terkait vaksin virus corona eksperimental telah dilakukan setidaknya sejak Juli.

 

 

Vaksin Moderna

Kandidat vaksin yang dikembangkan Moderna bergantung pada penyuntikan potongan materi genetik virus, m-RNA ke dalam sel manusia.

Perusahaan membuat protein virus yang menyerupai virus corona, melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali keberadaannya.

Vaksin diberikan dalam dua dosis, dengan selang waktu empat minggu.

Baca juga: Diklaim Efektivitasnya Tinggi, Vaksin Corona Pfizer dan Moderna Tetap Miliki Efek Samping

Adapun, uji klinis tahap tiga telah dimulai pada 27 Juli 2020, yang dilakukan kepada 30.000 sukarelawan di AS.

Penemuan awal dari fase satu telah menunjukkan subjek yang sehat, termasuk lansia, menghasilkan antibodi virus corona dan reaksi dari sel-T.

Moderna berharap dapat menyalurkan setidaknya 500 juta dosis vaksin per tahun mulai 2021.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Tren
4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Tren
Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Tren
Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Tren
Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Tren
Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Tren
Ilmuwan Pecahkan Misteri 'Kutukan Firaun' yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Ilmuwan Pecahkan Misteri "Kutukan Firaun" yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Tren
3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Tren
Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Tren
Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Tren
Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Tren
Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com