Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalah dari Joe Biden, Trump Tak Berencana Menyerah dalam Waktu Dekat

Kompas.com - 08/11/2020, 09:13 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Joe Biden dipastikan melenggang ke Gedung Putih dengan 290 suara elektoral yang diraihnya sejauh ini di pilpres AS, mengakhiri kepemimpinan 4 tahun Donald Trump.

Kemenangan Joe Biden diberitakan oleh media-media ternama AS seperti CNN, NBC News, dan CBS News.

Trump belum berkomentar tentang hasil ini, tetapi petahana dari Partai Republik itu sudah berulang kali menyebut adanya kecurangan dan mengklaim dia yang menang, tapi pernyataannya tidak berdasarkan bukti.

Sementara itu Biden yang dipilih oleh lebih dari 74 juta rakyat AS, telah berkumpul dengan wapresnya, Kamala Harris, di kota asalnya di Wilmington, Delaware.

Baca juga: Mengapa Penghitungan Suara Pilpres AS Membutuhkan Waktu yang Lama?

Lantas, apakah Donald Trump akan menyerah begitu saja?

Tidak memiliki rencana menyerah

Calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump dan sekutunya menjelaskan satu hal, dia tidak berencana untuk menyerah dalam waktu dekat.

Dilansir dari Reuters, Minggu (8/11/2020), Trump yang beberapa kali menuduh telah terjadi kecurangan namun tanpa bukti, berjanji untuk melanjutkan strategi hukumnya.

Dengan begitu, ia berharap akan membalikkan hasil suara di negara bagian yang memberi Biden kemenangan dalam pemungutan suara.

Baca juga: Kasus Baru Covid-19 di AS Catatkan Rekor 3 Hari Berturut-turut...

Para pembantu Trump dan sekutu Partai Republik, meski agak berkonflik tentang bagaimana melanjutkannya, sebagian besar mendukung strateginya.

"Fakta sederhananya adalah pemilihan ini masih jauh dari selesai. Joe Biden belum disertifikasi sebagai pemenang di negara bagian mana pun, apalagi negara bagian yang sangat diperebutkan menuju penghitungan ulang wajib, atau negara bagian di mana kampanye kami memiliki tantangan hukum yang valid dan sah yang dapat menentukan pemenang akhir," kata Trump.

Para sekutu dan penasihat presiden secara pribadi mengakui bahwa peluang mantan pengusaha New York untuk membalikkan hasil pemilu dan tetap di Gedung Putih sangat kecil.

Baca juga: Lawan Trump di Pilpres AS 2020, Berikut Sepak Terjang Joe Biden

Berjalan dengan sendirinya

Sambil mempersiapkan konsesi akhirnya, mereka meminta waktu untuk membiarkan tantangan hukum berjalan dengan sendirinya.

"Dia harus membiarkan penghitungan ulang dilanjutkan, mengajukan klaim apa pun yang ada, dan kemudian jika tidak ada perubahan, dia harus mengakui," kata salah satu ajudan Trump.

Berdasarkan pengakuan sumber terpercaya, Partai Republik tengah berupaya menggalang dana sedikitnya 60 juta dollar AS (sekitar Rp 852,9 miliar) untuk membiayai tuntutan hukum yang diajukan Trump atas hasil pemilu AS.

Baca juga: Mengenal Mike Pence, Wapres AS yang Dikenal Tenang Hadapi Situasi

Lebih dari setengah dari uang yang terkumpul akan digunakan untuk membayar utang kampanye, seperti yang tertulis dalam surat elektronik dan permintaan teks.

"Dia harus memastikan setiap suara dihitung dan menuntut transparansi. Itu menempatkan dia pada dasar retorika yang kuat," kata mantan pejabat Gedung Putih lainnya.

Partai Republik juga memperingatkan bahwa Trump dapat menodai warisannya jika pada akhirnya dia tidak keluar dengan anggun, dan mengikis kekuatan politik masa depannya.

"Tidak mungkin baginya untuk mencalonkan diri lagi pada 2024 jika dia dipandang sebagai pecundang," kata sumber Kongres dari Partai Republik.

Baca juga: Mengenal Sosok Kamala Harris, Calon Wakil Presiden Kulit Hitam Pertama di AS

Pendukung Trum tak terima

Sementara di kota-kota besar di AS merayakan kemenangan Biden, di bagian lainnya para pendukung Trump bereaksi dengan tidak percaya dan menyangkal.

Banyak yang mengulangi klaim presiden Trump yang tidak ada bukti dasar soal pencurian suara.

Di Departemen Pemilihan Maricopa County di Phoenix, Arizona, Sharron Morris seorang pelatih pemulihan trauma dan kehidupan yang berusia 51 tahun berkata, "Saya ingin suara saya didengar. Memenangi pemilu dengan penipuan adalah salah."

"Memenangkan pemilu dengan damai dan jujur adalah cara Amerika dan saya percaya itu, tapi bukan itu yang terjadi di sini."

Baca juga: Saat Joe Biden Pecahkan Rekor Suara Terbanyak, Salip Obama di Pilpres 2008...

Di lingkungan Little Havana Miami, beberapa orang mengatakan mereka masih yakin bahwa Mahkamah Agung AS akan membatalkan hasil tersebut.

Maria Teresa Chao, seorang warga Amerika-Kuba berusia 86 tahun, mengatakan pemilihan itu terasa seperti pertandingan bisbol panjang yang belum memasuki babak final.

"Mahkamah Agunglah yang harus memutuskan dan akan melakukan home run itu. Bukti (penipuan) Biden sangat banyak," klaimnya.

Baca juga: Penghitungan Suara Masih Dilakukan, Kapan Hasil Akhir Pilpres AS Diumumkan?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Sistem Pemilihan Presiden di Amerika Serikat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com