"Studi tersebut menegaskan bahwa sejumlah besar protein lonjakan virus korona diproduksi dengan sangat akurat, dan ini sangat membantu menjelaskan keberhasilan vaksin dalam mendorong respons kekebalan yang kuat," kata dia.
Baca juga: Vaksin Corona Disebut Siap November, Bagaimana Pemeriksaan Halal dari MUI?
Penelitian dari Universitas Bristol ini dikonfirmasi setelah sebelumnya dinyatakan uji coba vaksin AstraZeneca kembali dilanjutkan.
Uji coba vaksin ini sempat dihentikan pada awal September lalu setelah salah seorang relawan di Inggris mengalami sakit yang diduga sebagai gangguan tulang belakang yang langka.
Setelah kasus tersebut ditemukan, petugas di Inggris pun meninjau penyakit itu dan mengatakan bahwa bukti yang ada belum cukup untuk menyimpulkan apakah kondisi yang dialami pasien berkaitan dengan vaksin atau tidak.
Selain itu seorang pria sukarelawan yang ambil bagian dalam pengetesan vaksin AstraZaneca dilaporkan meninggal di Brasil.
Belakangan diketahui bahwa pria yang meninggal itu mengonsumsi plasebo dan bukan vaksin aktif.
"Setelah penilaian yang cermat atas kasus ini di Brasil, tidak ada kekhawatiran tentang keamanan uji klinis dan tinjauan independen selain regulator Brasil telah merekomendasikan bahwa uji coba harus dilanjutkan," kata seorang juru bicara dari Universitas Oxford.
Baca juga: Virus Corona dan Meninggalnya Relawan Uji Vaksin Covid-19 AstraZeneca...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.