Heparin merupakan obat antikoagulan atau penggumpalan darah. Diberitakan Kompas.com, 8 Mei 2020, heparin digunakan untuk mengobati pasien Covid-19 yang mengalami penggumapalan darah.
Dilansir Science Daily, para peneliti di Mount Sinai Covid Informatics Center, Amerika Serikat, melaporkan pengobatan pasien Covid-19 dengan obat antikoagulan dapat memperlambat pembekuan darah.
Perawatan ini diklaim dapat meningkatkan peluang hidup para pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV-2.
Penelitian tersebut telah diterbitkan dalam Journal of the American College of Cardiology pada 6 Mei lalu, dan dinilai dapat memberi wawasan baru tentang cara merawat pasien virus corona di rumah sakit.
Dalam studi itu, ditemukan pasien Covid-19 yang diobati dengan pengencer darah menunjukkan peningkatan kondisi kesehatan yang makin membaik selama berada di unit perawatan intensif.
Penelitian itu mengaitkan manfaat pemberian obat antikoagulan untuk mencegah kemungkinan efek mematikan virus corona, seperti serangan jantung, stroke, dan emboli paru.
Baca juga: Remdesivir Masuk Indonesia, Begini Cara Kerjanya untuk Pasien Covid-19
Selain Heparin, Zubairi menyebut obat non-antivirus lain yang terbukti bermanfaat untuk pasien Covid-19 adalah dexamethasone.
"Bahkan pasien berat yang sudah perlu oksigen itu, diberikan dexamethasone jadi banyak yang tertolong, dan bukti ilmiahnya kuat," kata Zubairi.
Dexamethasone merupakan obat kartikosteroid yang digunakan untuk mengatasi reaksi alergi, asma, gangguan darah/hormon/sistem kekebalan tubuh, dan masalah pernapasan.
Diberitakan Kompas.com, 20 Juni 2020, keampuhan dexamethasone untuk mengobati pasien Covid-19 pertama kali ditemukan tim peneliti dari Oxford University, Inggris.
Banyak pasien yang sudah terkonfirmasi positif Covid-19 pun dinyatakan sembuh tanpa harus dilarikan ke rumah sakit.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyambut baik keberadaan obat ini, yang terbukti dalam sejumlah kasus, mampu mengobati pasien Covid-19 dalam keadaan yang parah.
Meski sudah ada beberapa obat yang terbukti efektif saat diberikan kepada pasien Covid-19, Zubairi mengingatkan masyarakat untuk tidak sembarangan mengonsumsi obat.
Dia mengimbau masyarakat tetap mematuhi petunjuk dokter saat akan mengonsumsi obat-obatan.
"Dokter itu tahu persis, kapan harus minum dosis tinggi, kemudian secara bertahap diturunkan ke dosis minimal. Nah, dengan cara yang baik dan benar, efek samping bisa dibilang sangat minimal," kata Zubairi.
Selain itu, Zubairi mengatakan untuk pasien yang baru terkonfirmasi positif Covid-19 dan tidak menunjukkan gejala, tidak perlu minum obat.
"Jadi yang tanpa gejala tidak perlu obat. Karena itu sekarang kan memang boleh karantina mandiri, sebab tidak perlu obat. Kalau ada timbul gejala seperti panas, batuk, sesak napas, baru perlu diberikan obat," kata Zubairi.
Baca juga: Setelah Remdesivir, Jepang Setujui Deksametason Jadi Obat Covid-19
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.