Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.
"Ora popo, nek positif ya neng omah opo rumah sakit (tidak apa-apa, kalau positif Covid-19 ya dirawat di rumah atau rumah sakit)," ujar Sultan di Yogyakarta, Sabtu, 19 September 2020."
Sementara, di artikel asli Tempo tertulis:
"Ora popo, nak positif ya neng rumah sakit (tidak apa-apa, kalau positif Covid-19 ya dirawat di rumah sakit)," ujar Sultan di Yogyakarta, Sabtu, 19 September 2020."
Dari dua pernyataan tersebut, ada tambahan "ya neng omah opo rumah sakit."
Ketiga, ada pernyataan tambahan dari Sultan di media sosial yang tidak sesuai dengan artikel asli Tempo. Pernyataan di media sosial tersebut yakni:
"Rakyat bisa kelaparan, kalo sakit cari nafkah pun susah. positif negatif podowae, semua orang mengalami sakit dan pasti mati nek ora tau lara opo mati dudu manungso. sing penting ono upo kanggo urip," ujar Sultan dengan santainya.
Adapun, dalam artikel asli Tempo tertulis:
"Rakyat bisa kelaparan, cari nafkah pun juga sakit," ujar Sultan.
Humas Pemda DIY lewat akun Twitter @humas_jogja membantah pernyataan Sultan yang beredar di media sosial.
Menurutnya, dalam pesan berantai tersebut, tersirat bahwa Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyatakan sikap pembiaran terhadap penambahan jumlah kasus konfirmasi Covid-19 di DIY.
1. Beberapa waktu lalu tersebar narasi melalui internet dan jejaring sosial dengan judul narasi: Kabeh Positif Rapopo, Wong Iso Sembuh Dewe, Jangan Takut-Takuti Rakyat.
— Humas Pemda DIY (@humas_jogja) September 24, 2020
Setelah ditelusuri, narasi ini berasal dari postingan di Facebook dan menyebar di beberapa platform lain. pic.twitter.com/w7402bHYeP
Humas Pemda DIY menyatakan penyebar pesan tersebut mengambil tulisan yang dipublikasikan Tempo, kemudian mengubah dan mengurangi isi dari infomrasi yang dipublikasikan.
Setelah berkoordinasi dengan wartawan Tempo dan mendengarkan rekaman pernyataan dari Gubernur DIY, Humas Pemda DIY menyatakan telah terjadi modifikasi judul berita dan penambahan paragraf terakhir pada pesan berantai yang tidak pernah disampaikan oleh Gubernur DIY.
"Terkait dengan hal tersebut, kami merasa perlu mengklarifikasi bahwa pesan yang banyak tersebar melalui internet dan jejaring sosial tersebut adalah berita bohong (hoax) dan telah menyudutkan Gubernur DIY," tulis Humas Pemda DIY, Kamis (24/9/2020) malam.
Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, pernyataan Sultan di media sosial yang menyiratkan pembiaran terhadap penambahan kasus Covid-19 di DIY tidak sepenuhnya benar. Ada penambahan narasi yang beredar di media sosial tersebut telah mengubah isi artikel asli dari Tempo dan menimbulkan pemahaman yang berbeda dan keliru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.