Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sistem Peringatan Dini Banjir Bagi Jakarta, Begini Sejarah Bendung Katulampa

Kompas.com - 22/09/2020, 18:33 WIB
Mela Arnani,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah wilayah di DKI Jakarta kembali direndam banjir akibat hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi pada Senin (21/9/2020) malam. 

Banjir yang menggenangi Ibu Kota disebabkan sejumlah faktor, di antaranya karena intensitas hujan tinggi yang terjadi di Jakarta maupun air kiriman dari wilayah Bogor.

Air kiriman tersebut mengalir dari wilayah Bogor ke Jakarta melalui Sungai Ciliwung.

Salah satu sistem peringatan dini bagi Jakarta, dalam kasus banjir yang merupakan air kiriman dari Bogor, adalah ketinggian air di Bendung Katulampa.

Bagaimana sejarah Bendung Katulampa?

 

Dikutip dari Harian Kompas, 6 November 1967, Bendung Katulampa terletak tak jauh dari Kota Bogor, tepatnya di Sidangrasa, Katulampa, Bogor, Jawa Barat.

Selain untuk sistem peringatan dini banjir bagi Ibu Kota, awalnya bendungan tersebut dibangun untuk irigasi sawah.

Harian Kompas, 14 Januari 2013, menuliskan Bendung Katulampa mulai direncanakan Pemerintah Hindia Belanda pada 1889, lalu selesai dibangun tahun 1911.

Konstruksi bangunan dibuat masa kolonial Belanda, dan masih baik hingga sekarang. Besi yang ada jarang berkarat dan kokoh.

Baca juga: Waspada Banjir Saat Musim Hujan, Kendalikan Banjir Jakarta dari Hulu

Fungsi rigasi

Bendung Katulampa mempunyai empat pintu penguras dan lima pintu irigasi dengan lebar bendungan 82,5 meter dan tinggi mercu dari dasar bendung 2,5 meter.

Di Katulampa, aliran Sungai Ciliwung dari kawasan puncak dipecah menjadi dua.

Aliran pertama ke Sungai Ciliwung menuju Kota Bogor-Kabupaten Bogor-Depok-Jakarta. Sementara aliran kedua menuju Kali Baru Timur yang berfungsi sebagai irigasi.

Dahulu, luas sawah yang dipasok air dari Ciliwung selebar 7.145 hektare, tapi saat ini tersisa sekitar 33 hektar.

Irigasi dimanfaatkan pula sebagai air baku sejumlah perusahaan dan pasokan air ke Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor.

Bendung Katulampa bukan untuk mengendalikan banjir, melainkan berfungsi sebagai pemantauan ketinggian air yang memberikan peringatan banjir dan penyaluran irigasi.

Dikabarkan Harian Kompas, 16 Januari 1984, Jakarta dapat mengetahui potensi banjir dalam waktu dua belas jam sebelumnya dengan memperhatikan pergerakan air di Bendung Katulampa.

Sementara banjir kiriman yang dapat membahayakan, bisa diketahui enam jam sebelum terjadi, berdasarkan ketinggian air di ukuran pintu air Depok.

Jika air naik sampai tiga meter, maka enam jam kemudian luapan sungai akan sampai di Jakarta. Dalam kondisi ini, sebagian wilayah khususnya di bantaran sungai pasti tergenang.

Baca juga: Katulampa Siaga 1, Bima Arya Ingatkan Anies untuk Waspada

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Tren
Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Tren
7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

Tren
Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Tren
Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Tren
Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D Saat Terpapar Sinar Matahari?

Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D Saat Terpapar Sinar Matahari?

Tren
Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Tren
7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

Tren
BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com