Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Sejumlah Negara Arab Kini Memilih Berdamai dengan Israel?

Kompas.com - 19/09/2020, 08:09 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Timur Tengah kini memasuki babak baru setelah terjadinya normalisasi hubungan antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain dengan Israel.

Seperti diketahui, UEA secara resmi membuka hubungan diplomatik dengan Israel pada 13 Agustus 2020, disusul oleh Bahrain pada 15 September 2020.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut upaya normalisasi ini dengan "Kesepakatan Abraham".

Lawatan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo beberapa waktu lalu ke Timur Tengah merupakan bagian dari upaya untuk mencapai kespekatan bersejarah itu.

Bahkan, seperti dikutip dari TRT Arabi, Jumat (18/9/2020), Sekretaris Presiden AS Mark Meadows mengatakan, normalisasi itu akan diikuti oleh lima negara lain.

Menurut dia, kelima negara itu menunjukkan keseriusannya untuk melakukan normalisasi dengan Tel Aviv.

Baca juga: Normalisasi Hubungan UEA-Bahrain dengan Israel Tak Pengaruhi Sikap Indonesia terhadap Palestina

Ia menambahkan, tiga dari lima negara tersebut berasal dari Timur Tengah, sementara dua negara lainnya dari luar kawasan.

Bagi Pangeran UEA Muhammed bin Zayed, perjanjian damai itu akan menjadi mercu suar bagi pencinta perdamaian dan memungkinkannya untuk mendukung kemerdekaan Palestina.

"Perjanjian ini akan memungkinkan kita untuk lebih mendukung rakyat Palestina dan mewujudkan harapan mereka menjadi negara merdeka dalam wilayah yang stabil dan makmur," kata dia, dikutip dari al-Quds, Selasa (15/9/2020).

Sementara itu, Perdana Menteri Palestina Muhammad Shtayyeh menganggap normalisasi UEA dan Bahrain dengan Israel sebagai kekalahan bagi Liga Arab yang kini semakin terpecah.

Para pejabat Palestina juga umumnya memprotes kesepakatan itu sebagai hal yang memalukan dan menodai perjanjaian damai 2002 yang diprakarsai oleh Arab Saudi.

Di Manama, warga Bahrain juga menentang normalisasi negaranya dengan Israel. Sebagai bentuk penolakan itu, tagar "Bahrain menentang normalisasi" dan "Normalisasi adalah pengkhianatan" menggema di media sosial Twitter.

Baca juga: Apakah Arab Saudi Melunakkan Pendiriannya untuk Normalisasi dengan Israel?

Tekanan AS dan Israel

Menanggapi hal itu, Guru Besar Kajian Timur Tengah Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Ibnu Burdah, MA, mengatakan, UEA dan Bahrain sepakat untuk menormalisasi hubungan mereka dengan Israel akibat tekanan dari Trump.

Pasalnya, AS merupakan sekutu dekat kedua negara tersebut.

Kedua, mereka harus memikirkan cara agar tetap memiliki pengaruh di kawasan, seiring menguatnya ekspansi Iran dan Turki.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com