Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Solidaritas Ledakan Beirut, Gedung di Israel Tampilkan Cahaya Lampu Berbentuk Bendera Lebanon

Kompas.com - 06/08/2020, 10:51 WIB
Jihad Akbar

Penulis

KOMPAS.com - Gedung Balai Kota Tel Aviv, Israel, pada Rabu (5/8/2020) malam waktu setempat, menampilkan cahaya lampu berbentuk bendera Lebanon.

Warna merah, putih, dan cedar hijau tampak sangat jelas menggambarkan bendera Lebanon.

Dilansir dari Reuters, pertunjukan lampu ini merupakan bentuk dukungan untuk Lebanon atas bencana ledakan yang menghancurkan sebagian Kota Beirut.

Ini merupakan hal langka, mengingat Israel dan Lebanon masih berkonflik, bahkan sudah beberapa generasi.

Akan tetapi, Wali Kota Tel Aviv Ron Huldai menegaskan kemanusiaan adalah yang utama. 

Ia pun memerintahkan Gedung Balai Kota di Lapangan Rabin untuk diterangi dengan bendera Lebanon.

“Hati kami bersama orang-orang Lebanon setelah tragedi mengerikan ini,” tulis Huldai di Twitter.

Baca juga: Fakta Seputar Amonium Nitrat dalam Ledakan di Beirut, Lebanon

Korban ledakan bertambah

Diberitakan Kompas.com, Kamis (6/8/2020), jumlah korban tewas akibat ledakan di Lebanon pada Selasa (4/8/2020) bertambah menjadi 135 orang.

Sementara itu, jumlah korban terluka juga bertambah menjadi 5.000 orang.

Peningkatan jumlah korban ini disampaikan langsung Menteri Kesehatan Lebanon Hamad Hassan.

Baca juga: Ledakan di Lebanon di Antara Konflik Horizontal, Ekonomi, dan Pandemi

Kini, tim penyelamat terus berupaya mencari korban yang tertimbun reruntuhan gedung.

Di sisi lain, tercatat lebih dari 300.000 orang kehilangan rumah mereka, dengan keluarga terus melakukan pencarian terhadap kerabat mereka yang kemungkinan meninggal.

Pemerintah Lebanon pun mengumumkan keadaan darurat selama dua pekan di Beirut.

Presiden Lebanon Michel Aoun menyatakan ledakan itu disebabkan 2.750 ton amonium nitrat, bahan kimia yang bisa dipakai sebagai pupuk dan peledak, yang tersimpan di sebuah gudang di Pelabuhan Beirut.

Kepala Pelabuhan Beirut, Hassan Koraytem, material berdaya ledak tinggi itu disimpan di gudang selama enam tahun terakhir karena perintah pengadilan.

Dilaporkan, departemen bea cukai dan keamanan sempat meminta otoritas agar material itu diekspor atau dipindahkan, namun tak digubris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com