INDUSTRI 4.0 merupakan industri yang mengacu pada perkawinan aset fisik dan lanjutan teknologi digital - internet of things (IoT), kecerdasan buatan (artificial intelligent), robot, drone, kendaraan otonom, pencetakan 3D, komputasi awan, nanoteknologi, dan banyak lagi.
Semua aset tersebut kemudian berkomunikasi, menganalisis, dan menindaklanjuti informasi, memungkinkan organisasi, konsumen, dan masyarakat untuk menjadi lebih fleksibel dan responsif untuk menghasilkan lebih banyak keputusan cerdas berdasarkan data.
Elena G. Popkova dkk. dalam buku Industry 4.0: Industrial Revolution of the 21st Century (2019, hal.6) menyebutkan, lima ciri industri 4.0 sebagai berikut:
(1) Transisi tenaga manual ke robotronik, yang memastikan otomatisasi semua proses produksi;
(2) Modernisasi transportasi dan sistem logistik, yang disebabkan oleh distribusi massal kendaraan tak berawak;
(3) Meningkatnya kompleksitas dan ketepatan produk teknis yang diproduksi, pembuatan bahan konstruksi baru karena peningkatan teknologi produksi;
(4) Pengembangan komunikasi antar-mesin dan manajemen diri (self-management) dari suatu sistem fisik, dilakukan dengan bantuan Internet of things/IoT; dan
(5) Penerapan program pengajaran mandiri.
Beberapa orang mengaitkan teknologi canggih ini dengan efisiensi, pemotongan biaya, dan memaksimalkan keuntungan.
Tetapi perusahaan yang berhasil dalam era industri 4.0 adalah mereka yang memahami bahwa teknologi dapat membantu di semua bidang bisnis, termasuk dalam strategi bisnis secara keseluruhan, dan kemampuan perusahaan dalam pemanfaatan tenaga kerja, dampak sosial dan operasi teknologi.
Secara kebetulan, industri 4.0 tumbuh berbarengan dengan tampilnya generasi milenial, yang dikenal sebagai Generasi Y, Gen Y atau Generasi Langgas. Milenial adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X).
Tidak ada batas waktu yang pasti untuk awal dan akhir dari kelompok ini. Namun, para ahli dan peneliti biasanya menggunakan tahun 1981 sebagai awal kelahiran dan tahun 2000 sebagai akhir kelahiran kelompok ini.
Menurut Data BPS (Biro Pusat Statistik) tahun 2018, populasi generasi millenial Indonesia adalah sekitar 90 juta orang.
Diproyeksikan, pada 2020, jumlah penduduk usia 20-40 tahun sekitar 83 juta jiwa atau 34 persen dari total penduduk Indonesia yang mencapai 271 juta jiwa. Jumlah tersebut lebih besar dari jumlah generasi X yang 53 juta jiwa atau 20 persen ataupun generasi baby boomer yang hanya tinggal 35 juta jiwa atau hanya 13 persen.
Dengan demikian, hingga 2045 Indonesia akan mengalami bonus demografi