Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Pegiat Literasi Digital Gencarkan Kampanye Penggunaan Masker

Kompas.com - 09/09/2020, 06:30 WIB
Gloria Natalia Dolorosa

Penulis

KOMPAS.com - Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) tengah gencar mengampanyekan penggunaan masker yang tepat via media sosial.

Nantinya, kampanye diperluas ke medium suara yang akan disiarkan lewat stasiun radio.

Koordinator Nasional Japelidi, Novi Kurnia, mengatakan akan ada enam konten kampanye penggunaan masker yang diproduksi Japelidi. Saat ini sudah tiga konten dibuat dan diunggah di akun Instagram Japelidi.

"Kami melihat bahwa ada beberapa kasus penggunaan masker yang tidak tepat. Ada yang menggunakannya sampai ke dagu, dan sebagainya. Isi kampanye kami yakni menggunakan masker dengan benar. Kami pun sudah konsultasi dengan dokter soal ini," kata Novi kepada Kompas.com, Selasa (8/9/2020).

Konten kampanye pertama soal penggunaan masker dengan benar, diunggah pada 29 Juli. Konten selanjutnya berisi soal wajib mencuci masker kain. Konten ketiga mengenai aman dan gaya menggunakan masker kain.

Novi mengatakan konten berikutnya yang akan dipublikasikan yakni penggunaan masker dalam konteks menjaga kebersihan dan penggunaan masker di restoran.

"Konten masker dengan konteks menjaga kebersihan nyaris final. Isinya nanti soal cara yang benar mengistirahatkan masker seperti ditaruh di mana, ditutup kain atau tisu, dan sebagainya," ujar Novi.

Kampanye wajib cuci masker kain-JapelidiInstagram Kampanye wajib cuci masker kain-Japelidi

Kampanye Audio

Selain dalam bentuk digital, Japelidi berencana mengampanyekan penggunaan masker via audio.

"Kita sedang mengusahakan alih bahasa ke konten audio, dalam versi pendek dan panjang. Topiknya masih soal masker. Jadi, konten digital masker akan disambungkan dengan konten audio," tutur Novi.

Nantinya, Japelidi akan bekerja sama dengan stasiun radio dan radio komunitas di Indonesia untuk menyebarluaskan kampanye penggunaan masker.

"Kami ingin serial masker tuntas dalam bentuk digital dan audio," tukas Novi.

Pemakaian masker telah menjadi pedoman dari badan kesehatan dunia WHO sejak dimulainya wabah di Wuhan, China, pada 2019. Pedoman tersebut awalnya direkomendasikan bagi petugas kesehatan dan orang sakit.

Lantas, pada 5 Juni 2020, WHO mengubah rekomendasinya agar pemerintah mendorong masyarakat umum memakai masker.

Di Indonesia, pemerintah lewat Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, meminta seluruh masyarakat menggunakan masker mulai Minggu (5/4/2020). Imbauan ini sesuai dengan rekomendasi WHO dalam mencegah penyebaran Covid-19.

Berdasarkan laman resmi WHO pada 21 Agustus 2020, WHO dan UNICEF menganjurkan agar anak-anak berusia 12 tahun ke atas memakai masker dalam kondisi yang sama dengan orang dewasa.

Sementara, anak-anak berusia 5 tahun ke bawah tidak diharuskan memakai masker.

Penggunaan masker bagi anak-anak berusia 6-11 tahun harus didasarkan pada sejumlah faktor. Dua di antaranya yakni bila terjadi penularan yang meluas di daerah tempat tinggal anak tersebut serta kemampuan anak menggunakan masker dengan aman dan tepat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Tren
Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Tren
Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Tren
Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Tren
Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Tren
Ilmuwan Pecahkan Misteri 'Kutukan Firaun' yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Ilmuwan Pecahkan Misteri "Kutukan Firaun" yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Tren
3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Tren
Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Tren
Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Tren
Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Tren
Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Sosok Shen Yinhao, Wasit Laga Indonesia Vs Uzbekistan yang Tuai Kontroversi

Tren
Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaraan Mei 2024

Daftar Provinsi yang Menggelar Pemutihan Pajak Kendaraan Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com