Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Konsumsi Obat Bahayakan Ginjal? Ini Kata Dokter

Kompas.com - 07/09/2020, 11:28 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beragam produk obat-obatan beredar di masyarakat, mulai dari yang berbahan kimia hingga obat herbal.

Terkait itu, beredar informasi jika terlalu banyak mengonsumsi obat-obatan akan memiliki dampak tertentu pada organ dalam tubuh, terutama ginjal.

Di sisi lain, terdapat obat yang justru dirancang untuk dikonsumsi terus menerus, bahkan seumur hidup seperti obat untuk hipertensi.

Lalu apa yang membedakan obat tersebut, mengapa ada yang membahayakan dan ada juga yang tidak?

Dokter sekaligus ahli gizi komunitas, dr Tan Shot Yen, menyebut bahaya atau tidaknya sebuah obat ditentukan oleh cara mengonsumsinya.

"Yang namanya obat jika diresepkan dengan benar, oleh ahlinya (dokter), digunakan secara benar, dalam dosis yang benar, dan frekuensi serta durasi benar, tentu hasilnya benar," ujar Tan saat dihubungi Kompas.com, Senin (7/9/2020).

Baca juga: Cek Fakta Sepekan: Hoaks Vaksin Covid-19 Bikin Mandul hingga Ivermectin Obat Corona

Menurutnya, obat apa pun akan membahayakan tubuh jika dikonsumsi secara asal atau tidak berdasarkan resep dari dokter.

Adapun, untuk obat yang dikonsumsi dalam jangka panjang, Tan menyebut jenis-jenis obat itu memang sudah dirancang sedemikian rupa sehingga aman untuk konsumennya.

"Obat-obatan yang diminum dalam jangka panjang, sudah melalui uji klinis yang ketat dan semua obat punya istilah "upper limit" dan dosis bahaya/toksisitas yang tentunya tidak akan terjadi jika obat dikonsumsi sesuai aturan," jelas dia.

Namun, hal itu bukan berarti tidak memiliki efek samping sama sekali.

Mengutip pernyataan dokter Jantung RS Harapan Kita, Jakarta, dr Siska S. Danny, obat-obatan jangka panjang seperti obat untuk hipertensi ini tetap memiliki efek samping bagi organ tubuh.

"Namanya obat pasti ada efek sampingnya, tapi risikonya kecil jika dibandingkan dengan tidak mengonsumsi obat," kata Siska mengutip pemberitaan Kompas.com sebelumnya.

Lebih jauh, Tan mengoreksi sebenarnya bukan ginjal yang paling terdampak dari kegiatan konsumsi obat yang dilakukan secara tidak teratur, namun organ hati.

"Semua yang kita makan dan minum, itu diserap. Pembuluh darah dalam usus halus akan mengalirkan dulu lewat vena porta ke hati, buat quality control sebelum disebar oleh darah ke seluruh tubuh," papar Tan.

"Makanya hati disebut organ penawar racun, detoksifikasi. Yang paling menderita itu sebenarnya hati, mulai dari intoksikasi jamur yang tak terlihat hingga konsumsi alkohol," lanjutnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com