Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapasitas RS Menipis karena Corona, Kapan Sebaiknya Seseorang Datang untuk Periksa?

Kompas.com - 05/09/2020, 11:33 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sudah 6 bulan berlalu semenjak kasus pertama Covid-19 di Indonesia diumumkan pada 2 Maret 2020. Namun, pandemi virus corona belum kunjung membaik.

Beberapa waktu lalu, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut, angka keterpakaian tempat tidur di rumah sakit Covid-19 di DKI Jakarta sudah tidak ideal.

Dilansir Kompas.com, Selasa (1/9/2020), Wiku mengatakan keterpakaian tempat tidur rumah sakit di ruang isolasi adalah 69 persen. Sedangkan angka keterpakaian tempat tidur di ICU adalah 77 persen.

Adapun, total rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta adalah 67 buah dan 170 rumah sakit yang menangani pasien Covid-19.

Senada dengan hal itu, Kompas.com memberitakan pada Jumat (4/9/2020), Ola (25) salah satu dokter di rumah sakit rujukan Covid-19 mengatakan situasi di rumah sakit saat ini memang kacau.

"Chaos, sangat, sangat chaos banget karena seperti yang kita lihat di berita itu benar. Ya grafiknya sangat naik, pasien-pasien makin banyak yang datang, tiba-tiba bawa hasil swab positif, sudah dalam keadaan sesak butuh dirawat gitu," ujarnya.

 Baca juga: Kasus Covid-19 Terus Melonjak, Jakarta Berencana Tambah 11 Rumah Sakit Rujukan

Lalu, kapan sebaiknya seseorang ke rumah sakit?

Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo mengatakan tempat tidur di rumah sakit rujukan memang sejak awal pandemi seharusnya hanya digunakan untuk yang punya gejala sedang dan berat, baik kasus konfirmasi, probable, maupun suspek.

"Yang bergejala ringan, apalagi yang tanpa gejala, harus di luar RS rujukan, bisa di RS lapangan/darurat, atau isolasi mandiri," katanya pada Kompas.com, Sabtu (5/9/2020).

Dia menjelaskan yang dimaksud gejala ringan virus corona adalah saat muncul gejala tetapi tidak ada gangguan pernapasan seperti sesak napas.

Menurutnya, jika sudah ada sesak napas atau saturasi oksigen perifer yang rendah, maka sudah masuk gejala sedang.

Bahkan bisa jadi gejala berat, jika sudah membutuhkan alat bantu napas seperti ventilator atau HFNC (high flow nasal cannula).

Juga dihubungi terpisah, Epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman menjelaskan gejala Covid-19 yang ringan contohnya seperti flu.

Sementara itu gejala yang mengarah pada perlunya layanan RS adalah adanya gangguan nafas (sesak), yang juga ditandai penurunan saturasi oksigen dalam darah (hypoxia), atau gejala berat lain seperti gangguan di persyarafan, dan lain-lain.

Sedangkan demam, batuk menurutnya cukup dirawat di RS darurat yang dibuat Pemda. Hal itu termasuk bila hanya keluhan sesak ringan dan perlu bantuan oksigen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com