KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, kondisi Ibu Kota saat ini mengkhawatirkan.
Pasalnya, kasus infeksi virus corona di Jakarta dalam beberapa minggu terakhir mengalami peningkatan.
Laporan kasus harian Jakarta beberapa kali menyentuh angka 1.000.
"Di Indonesia hanya ada dua provinsi yang (jumlah testing) melampaui angka WHO, yakni Jakarta dan Sumatera Barat. Jakarta sekarang mengkhawatirkan, kenapa? Dalam tiga minggu terakhir, angka (penambahan kasus positif harian) naik terus, artinya apa? Kita mendeteksi banyak, penularan juga terjadi angkanya banyak," kata Anies, seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (4/9/2020).
Pada Jumat, DKI Jakarta masih menjadi provinsi dengan penambahan kasus harian tertinggi di Indonesia.
Tercatat ada 880 kasus harian, sehingga totalnya menjadi 44.280. Dari angka itu, 1.252 orang meninggal dunia dan 33.260 orang sembuh.
Baca juga: Anies: Kondisi Jakarta Mengkhawatirkan karena Penularan Covid-19 Tinggi
Melihat situasi kasus Covid-19 di Ibu Kota, epidemiolog Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, apa yang terjadi di Jakarta saat ini mengindikasikan bahwa masih banyak kasus yang belum terdeteksi.
"DKI Jakarta ini sedang melakukan tes sebanyak-banyaknya. Nah, dengan tes itu, banyak kasus terdeteksi. Itu kan berarti masih banyak kasus yang belum terdeteksi," kata Miko kepada Kompas.com, Jumat (4/9/2020).
Dengan tingginya angka kasus itu, ia menyarankan agar pemerintah melakukan isolasi sebaik mungkin agar tidak terjadi penyebaran virus yang semakin meluas.
Miko mengapresiasi langkah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang akan mengisolasi semua pasien, baik bergejala ringan maupun tanpa gejala di gedung pemerintahan.
"Jadi dengan mengisolasi ke gedung pemerintah, upaya penyebaran di tetangganya akan terhindar," kata dia.
Menurut Miko, tingginya angka infeksi di Jakarta minggu-minggu ini masih disebabkan oleh libur panjang.
Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta sejauh ini juga dianggap belum berhasil karena tingkat penyebaran virus masih tinggi.
Oleh karena itu, dia berharap Pemprov DKI Jakarta menerapkan aturan PSBB dengan benar, di antaranya menutup tempat-tempat non-esensial.
"PSBB harus diperbaiki, jangan transisi. Dibatasi saja, namanya juga pembatasan sosial. Kalau bisa tempat wisatanya tutup dulu, bioskop tutup dulu," ujar Miko.
Baca juga: Doni Monardo Minta Pemprov DKI Jakarta Evaluasi Kebijakan Ganjil Genap