"Mereka kuliah seperti biasa, tapi tiap pagi ada latihan militer, ada prinsip reward and punishment," ujar dia.
Ia berpendapat, pendidikan seperti ini dibutuhkan untuk membentuk karakter leadership dan belajar memikirkan kepentingan orang banyak, bukan untuk mencetak tentara cadangan.
Kendati demikian, Ina menyebut program tersebut hanya bersifat pilihan dan tidak diwajibkan.
Baca juga: Imparsial: Pemerintah Terlalu Menyederhanakan Nasionalisme dalam Program Bela Negara
Sementara itu, pemerhati pendidikan Doni Koesoema mengatakan, pendidikan militer diperlukan untuk menanamkan rasa cinta Tanah Air kepada generasi muda.
"Sejauh diletakkan dalam porsinya, sebagai semacam pembentukan karakter mahasiswa agar memiliki sikap nasionalisme, saya rasa tidak masalah," kata Doni, saat dihubungi secara terpisah, Kamis.
Namun, bela negara untuk mahasiswa tidak boleh diperpanjang di lingkup kampus dengan menjadikan mereka semacam perwakilan militer di kampus.
Ia menekankan, kampus merupakan tempat pengembangan utama keilmuan yang lebih mengutamakan dialog dan pemikiran kritis.
"Model militer, komando, dan ketaatan pada atasan yang sifatnya hierarki tidak bisa otomatis berlaku juga di kampus. Jangan sampai ada militerisasi di kampus," kata Doni.
Jika tujuannya untuk mempersiapkan komando cadangan, Doni menganggap program itu tak bisa diwajibkan untuk para mahasiswa.
Artinya, hanya berlaku bagi mahasiswa yang memang tertarik mengikutinya dan memenuhi berbagai syarat.
Menurut Doni, ada banyak cara untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri anak-anak muda selain melalui pendidikan militer.
"Untuk dapat mencintai bangsa, paparan pengalaman mahasiswa tidak harus melalui pendidikan militer, karena pengayaan pengalaman mencintai bangsa dan tanah air bisa dilakukan melalui banyak cara, metode, dan ruang ekspresi seni, budaya, dan agama," kata dia.
Wacana program bela negara untuk mahasiswa ini juga menimbulkan pro dan kontra.
Koordinator Peneliti Imparsial, Ardi Manto Adiputra menilai, pemerintah terlalu menyederhanakan frasa rendahnya rasa nasionalisme di kalangan anak muda dengan melibatkan mereka dalam program bela negara.
"Negara tidak boleh menyederhanakan persoalan rendahnya rasa nasionalisme di kalangan anak muda generasi milenial saat ini dengan memaksa mereka untuk ikut pelatihan militer," ujar Ardi, seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (19/8/2020).
Menurut dia, penyebab rendahnya rasa nasionalisme atau semangat bela negara di kalangan anak muda juga tak lepas dari faktor internal pemerintah.
Selama ini, pemerintah dinilai tidak memberikan pendidikan keteladanan yang baik bagi masyarakat.
Baca juga: Imparsial Sebut Bela Negara pada Mahasiswa Bisa Mengikis Daya Kritis
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.