Melihat kondisi ini, pemerintah harus tegas dalam menentukan prioritas, menyelesaikan pandemi atau membenahi ekonomi.
Pemerintah tak bisa menyelamatkan keduanya bersamaan. Harus ada yang diprioritaskan. Idealnya, pemerintah fokus dulu menangani pandemi. Setelah itu baru membenahi ekonomi.
Lambannya penyerapan anggaran dan penyaluran bantuan untuk masyarakat disebut sebagai penyebab tingkat kontraksi ekonomi Indonesia lebih buruk dari prediksi. Karena bantuan untuk masyarakat, terutama dalam bentuk tunai, bisa memberi dorongan signifikan bagi perekonomian.
Menurut sejumlah ekonom, porsi konsumsi rumah tangga berkontribusi cukup besar pada pertumbuhan ekonomi nasional terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Kinerja ekonomi banyak ditentukan dari konsumsi rumah tangga atau daya beli masyarakat. Penguatan konsumsi rumah tangga dalam masa pandemi covid-19 dinilai dapat membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga.
Untuk itu, pemerintah perlu menambah anggaran untuk memperkuat daya beli masyarakat.
Pemerintah harus menjaga daya beli masyarakat agar pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tidak terjun bebas lagi. Daya beli masyarakat harus menjadi prioritas utama agar ekonomi Indonesia tidak semakin terpuruk.
Selain itu, pemerintah juga harus kreatif memanfaatkan sejumlah peluang guna meningkatkan perekonomian.
Benarkah ekonomi Indonesia meroket di era SBY? Apa yang membuat ekonomi di era SBY lebih stabil? Selain pandemi, apa yang membuat ekonomi di era Jokowi terjun bebas?
Sejauh ini bagaimana efektifitas program PEN? Lalu apa yang mesti dilakukan pemerintah guna memulihkan perekonomian nasional?
Ikuti pembahasannya dalam talkshow Dua Arah, Senin (10/8/2020), yang disiarkan langsung di Kompas TV mulai pukul 22.00 WIB.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.