Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Yth Bapak Presiden...

Kompas.com - 04/08/2020, 11:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Lalu ada artikel dengan judul “Demokrasi yang Membahagiakan” ditulis oleh Sukardi Rinakit yang kini jadi salah satu staf khusus presiden di istana kepresidenan.

Beberapa cuplikan yang saya ambil adalah bagian dari beberapa hal terpisah satu dengan yang lainnya.

Bernegara, kata Sukardi Rinakit, pada dasarnya adalah berkonstitusi. Dengan demikian, katanya lagi, di dalam saku baju presiden terpilih harus selalu ada konstitusi (UUD 1945).

“Setiap kali menghadapi masalah, buku konstitusi tersebut tinggal dibuka dan dibacakan, lalu diputuskan,” ujar Rinakit.

Ganti menteri

Tuan Presiden.....begitu kata Rinakit Juni 2014, “Anda mesti menyusun zaken kabinet dengan target capaian tiap departemen dan kementerian jelas dari waktu ke waktu”.

Apabila, ujar Rinakit, dalam satu kurun waktu tertentu target yang ditetapkan tidak tercapai, maka sesuai konsensus yang sudah disampaikan sejak awal (ketika penyusunan kabinet), menteri yang bersangkutan harus diganti.

“Staf khusus hanya ditambahkan pada bidang-bidang krusial dan strategis (khususnya energi, pangan, air) dan urusan hubungan keluar (khususnya lobi parlemen),” demikian kata Sukardi Rinakit.

Melompat ke kalimat lain, Sukardi Rinakit mengatakan, pemimpin nasional juga mesti mengatur kampanye politik hanya pada media milik publik (RRI dan TVRI) sehingga tercapai azas keadilan bagi semua partai politik. (J.Osdar)

Penipu

Komaruddin Hidayat dari Universitas Islam Indonesia (UIN) Ciputat, Jakarta, di bawah artikelnya, berjudul Melayani dengan Hati (halaman 36 - 39 ), antara lain mengatakan, ... jika posisi dan jabatan presiden yang dipercayakan Anda sia-siakan karena hanya untuk memenuhi ambisi dan kepentingan diri, keluarga dan kelompok di atas kepentingan rakyat, bahkan rakyat malah dibuat sengsara, pasti kutukan dunia-akhirat yang akan diperoleh.

“Anda akan dikenang sebagai pengkhianat dan perusak apa yang telah dibangun dengan susah payah oleh para pendiri bangsa. Anda akan dianggap sebagai penipu dan penjajah oleh rakyatnya sendiri,” ujar Komar.

Harap Anda ingat, kata Komar, sebenarnya rakyat itu daya ingatnya memang pendek.

“Tetapi berkat bantuan teknologi, maka berbagai janji-janji presiden yang pernah disampaikan akan mudah sekali diputar dan ditampilkan ulang melalui televisi untuk memantik ingatan. Dan jika dilanggar, dokumentasi televisi akan menampilkan kembali secara otentik,” ujarnya.

Teten Masduki, antara lain mengatakan di halaman 91 buku ini, korupsi di sini (Indonesia) memiliki kemampuan asimiilasi (penyesuaian diri) yang luar biasa dari sistem otoriter ke demokrasi tanpa mengalami hambatan.

Bapak Presiden...... demikian kata Teten Masduki, pemberantasan korupsi harus menjadi bagian utama upaya pemulihan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, jangan sekadar jadi komoditi politik.

“Terbukti selama ini sistem demokrasi tidak melahirkan kesejahteraan umum bila kelembagaan demokrasi itu kotor,” ujar Teten dalam buku cetakan Juni 2014.

Dalam pengantar buku ini, Kang Teten menyampaikan harapannya ke depan, setelah 2014.

“Harapannya, kumpulan tulisan ini bisa merepresentasikan aspirasi publik kepada presiden terpilih dalam Pemilu Presiden 2014 nanti, terkait apa saja yang perlu dibenahi oleh pemerintah untuk menjadikan Indonesia lebih baik,” ujar Kang Teten.

Pak Arifin Panigoro, Cak Kardi, dan Kang Teten, sekarang bagaimanakah. Usulan Anda masih berlaku atau sudah terpenuhi atau bagaimana? Tapi yang perlu diingat usulan itu tertulis dan bisa dibaca kembali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com