Sigit menjelaskan, lahan eks PLG termasuk lahan sub optimal. Artinya lahan telah mengalami degradasi yang mempunyai kesuburan yang rendah dan tidak mampu mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal.
Pengelolaan food estate, jelasnya, dipengaruhi pasang surut air. Jadi perlu menjaga mutu air dan drainasi dengan teknologi tata air yang baik.
Berdasarkan informasi yang diterimanya, sebagian besar tanah di Pulang Pisau sudah merupakan tanah mineral.
Baca juga: Mencairnya Es di Greenland dan Risiko Banjir Tahunan...
Dia menduga hal itu berarti gambutnya sudah hilang, karena proses drainase besar-besaran pada masa PLG yang sudah belangsung 25 tahun sejak 1995.
"Dengan demikian daerah itu bisa mengalami kekeringan dan juga banjir. Apalagi pada musim hujan dan keadaan pasang bisa terjadi banjir," ujar guru besar teknik irigasi itu.
Selain masalah lingkungan, perlu diperhitungkan juga dari sisi ekonomi.
"Input produksi harus tinggi. Sementara itu bisnis padi banyak ruginya," kata dia.
Indonesia mempunyai pengalaman mengelola food estate pada masa Orde Lama yang berlokasi di Lampung dan masa pasca-reformasi di Kalimantan Tengah (Pulang Pisau). Tapi keduanya gagal.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Soeharto Dilantik sebagai Presiden RI Gantikan Soekarno
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.