Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Virus Corona Capai 64.958, Berapa Jumlah Rata-rata Kasus Harian di Indonesia?

Kompas.com - 07/07/2020, 07:07 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

Deteksi belum optimal

Mengutip Harian Kompas, Jumat (3/7/2020) Henry Surendra, peneliti serologi dan epidemiolog Laporcovid19.org, mengatakan, salah satu hambatan percepatan tes Covid-19 dengan PCR di Indonesia adalah penggunaan tes cepat (rapid test) berbasis antibodi untuk diagnosis, padahal akurasinya rendah.

Laporcovid-19 mendapat informasi dari sejumlah dokter yang ditekan kepala daerah agar mengurangi tes PCR dan hanya memakai tes cepat antibodi sehingga kasus positif tak bertambah.

Padahal, tes cepat lebih tepat untuk studi guna mengetahui tingkat kekebalan komunitas dan sebaran orang yang pernah tertular. Jadi, pemerintah perlu mengevaluasi penggunaan tes cepat yang rentan disalahpahami dan disalahgunakan.

”Sebaiknya pemerintah fokus memperbanyak tes PCR dan tak memakai tes cepat antibodi untuk diagnosis. Apalagi, banyak tes cepat yang beredar ini tidak divalidasi,” kata dia. 

Selain itu, pemerintah mesti membuka jumlah harian tes PCR di tiap daerah sebagai ukuran kinerja. Jika data tes PCR tak dibuka, bisa jadi daerah minim kasus atau zona hijau terjadi karena tesnya kurang.

Baca juga: Mengenal Eucalytol yang Diklaim Mampu Atasi Virus Corona oleh Kementan

Memperlambat penanganan pasien

Tri Maharani, dokter emergensi di Rumah Sakit Umum Daha Husada, Kediri, Jawa Timur, menilai, tes cepat memperlambat penanganan pasien. Tri sebelumnya positif Covid-19 menurut hasil tes PCR, padahal hasil tes cepat nonreaktif.

Menurut epidemiolog dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Bayu Satria, tak ada negara yang sukses mengendalikan Covid-19 dengan tes cepat antibodi untuk diagnosis.

Dalam panduan WHO, standar yang dipakai tes molekuler dengan PCR. ”Di Korea Selatan dan Taiwan, yang disebut tes cepat ini pakai PCR, bukan serologi (antibodi). Di negara lain, tes PCR bisa selesai sehari,” kata dia. 

Pemerintah Indonesia disarankan tidak menjadikan tes cepat antibodi sebagai pilihan syarat penerbangan. Di Taiwan, syarat untuk terbang adalah hasil tes PCR paling lama tiga hari sebelum terbang.

Saran penghentian tes cepat antibodi sejalan dengan riset di The British Medical Journal edisi 1 Juli 2020.

Kajian oleh Mayara Lisboa Bastos dari Research Institute of the McGill University Health Centre, Kanada, dan tim ini mengungkap kelemahan utama tes antibodi Covid-19 sehingga tidak bisa untuk diagnosis.

Baca juga: Ratusan Ahli Tuduh WHO Sangkal Fakta Virus Corona Bisa Tersebar di Udara

(Sumber: Kompas.com/ Dandy Bayu Bramasta, Ahmad Naufal Dzulfaroh | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com