KOMPAS.com - Pandemi corona virus yang terjadi saat ini membuat volume limbah medis meningkat.
Tak hanya di Indonesia, tetapi hampir di seluruh negara di dunia.
Hal ini menjadi masalah tersendiri karena limbah medis yang dibuang begitu saja dapat membawa dampak bagi kesehatan.
Limbah medis yang diduga terkait dengan penanganan wabah Covid-19 seperti masker, sarung tangan, dan tisu ditemukan tercecer di tempat pembuangan akhir (TPA) Sumurbatu, Kota Bekasi dan TPA Burangkeng, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Bagaimana seharusnya pengelolaan limbah medis di masa pandemi virus corona seperti saat ini?
Manajer Kampanye Perkotaan dan Energi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Dwi Sawung mengatakan, limbah medis yang melimpah antara lain alat pelindung diri (APD).
Menurut dia, penanganan sampah medis tersebut sebenarnya tidak sulit.
Baca juga: Pemkot Bekasi Telusuri Pihak yang Buang Limbah Medis ke TPA Sumur Batu
Pihak rumah sakit dapat memilah dan melakukan disinfeksi terhadap sampah medis tersebut.
"Dipilah dulu. Bisa didisinfeksi dengan berbagai cara baru dicacah supaya nggak disalahgunakan," kata Dwi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (2/7/2020).
Setelah itu, limbah medis tersebut dapat dibuang ke TPA atau didaur ulang.
Dwi menjelaskan, disinfeksi dapat dilakukan dengan autoclave atau menyemprotkan disinfektan atau menjemurnya.
Rumah sakit, lanjut dia, mempunyai autoclave yang dapat digunakan untuk mensterilisasi peralatan yang digunakan ulang.
Saat ini, banyak rumah sakit (RS) yang bekerja sama dengan pihak ketiga dalam penanganan limbah medis.
"RS hanya mengumpulkan di tempat, nanti pihak ketiga yang ambil untuk transport atau kelola," ujar dia.
Dwi mengatakan, sebagian RS besar telah memisahkan limbah medis.