Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencabutan Larangan Berkumpul dan Ancaman Klaster Baru Covid-19

Kompas.com - 02/07/2020, 09:10 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Kasus serupa juga terjadi di India. Dua hari setelah pernikahan, pengantin pria berusia 30 tahun meninggal dunia, seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (1/7/2020).

Sang pengantin pria disebut menderita gejala virus corona, dan kondisinya menurun ketika melangsungkan pernikahan di desa Paliganj, dekat Patna.

Akibatnya, sebanyak 95 tamu juga dilaporkan terinfeksi virus yang bermula di Kota Wuhan itu usai dilakukan tracing.

Dalam peristiwa lain yang terjadi di India, kakek pengantin pria meninggal dan 14 tamu positif Covid-19 buntut pesta di Bhilwara.

Lebih waspada

Sementara itu, saat dihubungi pada Minggu (28/6/2020), dua epidemiolog memperingatkan kewaspadaan yang harus ditingkatkan karena kasus infeksi virus corona di Indonesia belum mereda.

Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menyebutkan, tantangan Indonesia masih besar dalam mengendalikan penyebaran virus corona.

"Peningkatan ini karena memang masih banyak (lebih dari 90 persen) penduduk dunia belum memiliki kekebalan. Artinya, potensi virus ini menyebar tetap ada. Apalagi, bila upaya perubahan perilaku tidak ditaati, maka kecepatan penyebaran akan bertambah," ujar Dicky.

Ia mengatakan, keramaian dalam bentuk apa pun dan berkumpulnya orang dalam jumlah banyak dengan tidak mematuhi aturan jaga jarak dan bermasker akan meningkatkan risiko penularan Covid-19.

Dicky juga mengingatkan adanya dua jenis sumber penularan, yaitu penularan yang terjadi di komunitas melalui local transmission atau transmisi lokal dan penularan karena kasus impor (berasal dari luar wilayah).

"Artinya, program pengendalian yang dilakukan di dalam wilayah seperti perubahan perilaku, isolasi, tes, dan lacak kasus, tidak dapat dipisahkan dengan pengetatan di pintu masuk negara/wilayah)," kata Dicky.

Sementara itu, dokter dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan UGM, Giovanni van Empel, menyayangkan kondisi Indonesia yang dinilainya belum menunjukkan efektivitas dalam menurunkan tren penambahan kasus positif.

Semakin banyaknya keramaian tanpa disertai protokol kesehatan berpotensi meningkatkan jumlah kasus dan berdampak pada tenaga medis.

(Sumber: Kompas.com/Vina Fadhrotul M, Ardi Priyatno Utomo, Riska Farasonalia, Devina Halim | Editor: Ardi Priyatno Utomo, Khairina, Fabian Januarius Kuwodo, Inggried Dwi W) 

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Protokol Kesehatan Penumpang Pesawat di Era New Normal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com