Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada 64.251 Kasus DBD di Tengah Pandemi Covid-19 di Indonesia

Kompas.com - 22/06/2020, 06:20 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di tengah pandemi virus corona yang masih berlangsung, pemerintah dihadapkan pada masalah kesehatan lain, yaitu dengue hemorraghic fever (DHF) atau wabah demam berdarah dengue (DBD).

Mengutip Straits Times, (20/6/2020), antara bulan Januari hingga 17 Juni 2020, ada 64.251 kasus DBD yang dilaporkan dengan jumlah kematian sebanyak 385 orang menurut Kementerian Kesehatan.

Provinsi Bali mencatatkan jumlah kasus tertinggi, yaitu sebanyak 8.930, disusul Jawa Barat, sebanyak 6.337 kasus.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut bahwa jumlah kasus yang tercatat saat ini di tahun 2020 lebih rendah daripada tahun lalu.

Sebelumnya ada 98.000 kasus yang dilaporkan terjadi pada waktu yang sama di tahun 2019.

Namun, perhatian terbesar di tahun ini adalah alasan mengapa kasus terus meningkat meskipun bulan puncak demam berdarah pada Maret dan April telah dilewati.

Adapun jumlah kematian yang dilaporkan sejauh ini adalah separuh dari angka di periode yang sama tahun lalu.

"Normalnya, kami melihat jumlah kasus DBD yang sangat rendah di bulan Juni. Kami masih mencoba mencari tahu mengapa masih ada banyak kasus di bulan Juni," kata Nadia sebagaimana dikutip Straits Times, Sabtu (20/6/2020).

Kementerian Kesehatan juga mendorong pihak pengelola gedung perkantoran, tempat ibadah, dan tempat-tempat lain untuk memeriksa keberadaan nyamuk dan melakukan fogging atau larvisida.

Sebelumnya, pada tahun 2016, Indonesia mencatatkan jumlah kasus dan kematian akibat DBD tertinggi, yaitu dengan 204.171 kasus dan 1.598 kematian.

Baca juga: 1.459 Kasus DBD Terjadi di Kaltim, 11 di Antaranya Meninggal Dunia

Berbagai kemungkinan penyebab

Pakar penyakit tular vektor, Dr Rita Kusriarti, mengatakan bahwa perubahan pola cuaca tahun ini, dengan transisi dari musim kemarau ke musim hujan pada bulan Mei (bukan Maret), berkontribusi pada sejumlah besar kasus pada bulan Juni.

Pihaknya juga menyebut bahwa pandemi Covid-19 telah memberikan tekanan pada upaya pencegahan DBD.

"Sistem yang diterapkan untuk memantau nyamuk baik secara mandiri oleh penduduk maupun pemerintah tidak bekerja selama pandemi karena semua energi didedikasikan untuk mengatasi Covid-19," tambahnya.

Dr Nadia mengungkapkan bahwa kebijakan pembatasan untuk mencegah penyebaran Covid-19 telah membatasi pergerakan para petugas kesehatan yang memantau adanya nyamuk melalui sistem door-to-door dan mendistribusikan larvisida kepada penduduk, atau disebut jumantik.

Sementara itu, Kepala Divisi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Dinas Kesehatan Bali, I Wayan Widia mengatakan bahwa jumlah kasus yang tinggi di wilayahnya disebabkan oleh tidak adanya kewajiban pembersihan satu bulan sekali karena pembatasan Covid-19.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Tren
Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Tren
7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

Tren
Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com