Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

100 Hari Virus Corona di Indonesia: Kabar Baik dan Catatan Penanganan Covid-19

Kompas.com - 13/06/2020, 15:02 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kurang lebih 100 hari sudah virus corona terkonfirmasi di Indonesia. Kasus pertama infeksi virus corona di Indonesia pertama kali diumumkan pada 2 Maret 2020 oleh Presiden Joko Widodo.

Setelah 100 hari, jumlah kasus Covid-19 terus bertambah. Angka kematian di Indonesia bahkan tercatat yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN.

Bagaimana melihat penanganan Covid-19 di Indonesia hingga hari ini? Ada kabar baik yang patut disyukuri, ada pula catatan yang diharapkan menjadi evaluasi agar penanganan lebih baik lagi.

Catatan penanganan Covid-19 di Indonesia

Epidemiolog yang juga Juru Bicara Satgas Covid-19 Rumah Sakit UNS Tonang Dwi Ardyanto menilai, ketika pertama kali dilaporkannya kasus Covid-19 di Indonesia, pemerintah dan masyarakat kurang serius menyikapinya.

Baca juga: Peringatan WHO untuk Indonesia soal Persiapan New Normal 

"Masih kurang serius, terutama di bulan pertama adanya kasus," kata Tonang saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (13/6/2020).

Memasuki bulan dua, menurut dia, pemerintah terlihat lebih serius menyikapinya.

Hal ini terlihat dari penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang cukup gencar.

Menurut Tonang, hal tersebut berimbas positif pada kasus.

"Hanya saja kelemahannya, saat itu cakupan tes masih belum tinggi," ujar Tonang.

Memasuki bulan ke tiga, setelah 2 hingga 3 kali masa PSBB, mulai muncul desakan dari masyarakat untuk segera dilonggarkan karena mendekati Hari Raya Lebaran Idul Fitri.

Dengan keputusan pelonggaran transportasi dan beberapa sektor publik, pembatasan tak lagi seefektif saat berlakunya PSBB.

"Mengawali bulan keempat, mulai terasa efek dari pelonggaran di akhir bulan ke tiga. Termasuk juga faktor semakin tingginya jumlah kapasitas pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) dalam sehari," papar Tonang.

Ia memperkirakan, situasi pandemi masih akan berlangsung sekitar satu bulan lagi untuk mencapai puncak.

Namun, hal tersebut terjadi jika kapasitas pemeriksaan PCR bisa mengejar target 30.000 per hari.

"Ke depan, yang diharapkan adalah transparansi dan kerja sama pemerintah dengan banyak pihak. Agar terwujud kohesivitas. Itu yang dirasa masih kurang selama ini," jelas dia.

Kabar baik

Santri Pesantren Mahyal Ulum Al Aziziyah diperiksa suhu tubuhnya sebelum mengikuti rapid test Covid-19 setelah libur panjang, di Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Aceh Besar, Kamis (11/6/2020). Pesantren di Aceh kembali melaksanakan aktivitas belajar mengajar setelah libur panjang terkait Covid-19 dan bulan Ramadhan dengan mengedepankan protokol kesehatan jelang era normal baru guna mencegah penyebaran Covid-19.KOMPAS.com/RAJA UMAR Santri Pesantren Mahyal Ulum Al Aziziyah diperiksa suhu tubuhnya sebelum mengikuti rapid test Covid-19 setelah libur panjang, di Kecamatan Suka Makmur, Kabupaten Aceh Besar, Kamis (11/6/2020). Pesantren di Aceh kembali melaksanakan aktivitas belajar mengajar setelah libur panjang terkait Covid-19 dan bulan Ramadhan dengan mengedepankan protokol kesehatan jelang era normal baru guna mencegah penyebaran Covid-19.
Menurut Tonang, salah satu hal baik yang harus disyukuri dalam 100 hari ini adalah proporsi pasien yang terkonfirmasi dengan gejala klinis ringan yang cukup besar sehingga tidak harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Tonang mengatakan, hal ini membuat beban pelayanan di rumah sakit lebih ringan dan diharapkan tidak melampaui kapasitas yang ada.

Ia mengapresiasi semakin meningkatnya kapasitas pemeriksaan PCR per hari. Menurut dia, hal itu dapat menentukan dan memengaruhi banyak hal.

Kabar baik juga dinilainya datang dari pengembangan alat rapid test antigen dan antibodi buatan dalam negeri.

"Itu membantu surveillance dan pemetaan kasus," jelas dia.

Mengenai perkembangan vaksin, Tonang mengatakan, telah berjalan pada tahap uji klinis walaupun belum sampai tahap akhir.

Ia berharap, vaksin tersebut dapat benar-benar berhasil untuk menyembuhkan pasien yang terpapar Covid-19.

Dikutip dari Kompas TV, Sabtu (13/6/2020), adanya uji coba obat yang merupakan kerja sama antara Badan Intelijen Negara, dengan Unair dan BNPB.

Rektor Universitas Airlangga Surabaya, Mohammad Nasih mengatakan, tengah diuji coba lima kombinasi obat dan terbukti berhasil menonaktifkan virus corona padatubuh pasien.

Kombinasi obat temuan Unair ini telah diproduksi dan akan diberikan ke rumah sakit yang membutuhkan.

Baca juga: Mengenal Cordyceps Militaris, Obat Herbal LIPI yang Diujikan pada Pasien Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com