Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Pemerintah Hapuskan Proyek Pesawat R80, Impian Terakhir BJ Habibie...

Kompas.com - 03/06/2020, 10:53 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Proyek pesawat buatan anak bangsa yang digagas almarhum Presiden Habibie, R80, kandas di tengah jalan. Pasalnya, pemerintah memutuskan untuk menghapus dua proyek pengembangan pesawat R80 dan N245 dan digantikan dengan produksi drone atau pesawat nirawak.

Melansir Antara, Sabtu (30/5/2020), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto mengatakan, pengembangan pesawat nirawak tersebut dinilai lebih ideal dilakukan dalam kondisi saat ini. Oleh karena itu, pemerintah mendahulukan pengembangan proyek pesawat nirawak di banding R80 dan N245.

Sebenarnya, sejak kapan muncul ide membuat pesawat R80 dan N245 tersebut, dan siapa yang ingin membuat pesawat itu?

Pesawat R80 adalah impian Presiden BJ Habibie yang belum terwujud. Pesawat itu dirancang oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI).

Awalnya Habibie mengumumkan rancangan pesawatnya pada 2013.

Baca juga: Pesawat R80, Impian BJ Habibie yang Belum Terwujud

Terus mengalami penundaan

Miniatur pesawat R80KOMPAS.com/PRAMDIA ARHANDO JULIANTO Miniatur pesawat R80

Rencana R80 untuk terbang perdana sempat mengalami penundaan beberapa kali. Awalnya direncanakan akan mengudara pada 2017, 2019, lalu diundur lagi menjadi 2021.

Lalu rencananya, pesawat itu akan diproduksi massal pada 2025. Pesawat R80 bisa membawa 80-90 penumpang.

Dikutip harian Kompas, Rabu (9/4/2014), Komisaris PT RAI Ilham Habibie menjelaskan, pesawat itu menggunakan baling-baling sehingga lebih hemat bahan bakar.

Pesawat itu diklaim lebih baik daripada pesawat sekelasnya, ATR 72 dan Bombardier Dash 8 series 400. Sebab, kecepatannya menandingi dua pesawat itu.

Pesawat R80 didesain bisa terbang hingga kecepatan maksimum 800 knot atau 1.480 km per jam.

Di Indonesia, kecepatan maksimal pesawat umumnya sekitar 70 persen di bawah 400 knot atau 340 km per jam karena jarak antarkota pendek.

Baca juga: KKP Sebut Ada 3 Aturan Naik Pesawat Komersil Selama PSBB, Apa Saja?

Komisaris PT Regio Aviasi Industri, Ilham Habibie saat di Jiexpo Kemayoran, Jumat (9/11/2018).KOMPAS.com/AKHDI MARTIN PRATAMA Komisaris PT Regio Aviasi Industri, Ilham Habibie saat di Jiexpo Kemayoran, Jumat (9/11/2018).

Menurut Habibie, pesawat jenis baling-baling itu lebih efisien bagi jarak pendek karena kecepatan rata-rata 500 knot atau 926 kilometer per jam.

"Targetnya untuk melayani penerbangan jarak pendek hingga menengah pada bandara dengan landas pacu 1.300 meter,” kata Direktur Utama PT RAI Agung Nugroho, seperti dikutip harian Kompas, Jumat (29/9/2017).

Dalam membuat R80, Habibie bekerja sama dengan banyak pihak. Namun, yang paling penting adalah dukungan pemerintah.

"Yang kami butuhkan adalah dukungan pemerintah untuk financing bagian Indonesia. Bagian swasta dan luar negeri, mereka akan ikut kalau dari pemerintah ikut menyumbang," ujar Habibie, seperti ditulis Kompas.com, Rabu (11/9/2019).

Habibie membutuhkan dana Rp 200 miliar untuk membuat prototipe pesawat R80. Sementara itu, total kebutuhan dana untuk skala industri sekitar Rp 20 triliun.

Tak hanya meminta bantuan pemerintah untuk mewujudkannya, Habibie juga menggalang dana lewat Kitabisa.

Para donor bisa mendapatkan reward berupa wajahnya terpampang di badan pesawat.

Baca juga: Melihat Dua Drone Canggih Turki, Pengubah Permainan di Suriah

Pesawat N245

Pesawat CN235-220 pesanan Nepalese Army (angkatan darat Nepal)KOMPAS.com/PUTRA PRIMA PERDANA Pesawat CN235-220 pesanan Nepalese Army (angkatan darat Nepal)

Sementara itu, N245 juga merupakan pesawat buatan anak negeri.

Diberitakan harian Kompas, Kamis (26/1/2017), pesawat N245 adalah pengembangan pesawat CN235 yang ditambah panjang atau dimodifikasi ekornya hingga kapasitas angkut bertambah dari 44 orang menjadi 50 orang.

Pengembangan pesawat ukuran menengah pengangkut 30-60 penumpang itu juga jadi keinginan Presiden Joko Widodo saat mengunjungi PT Dirgantara Indonesia (PT DI), 12 Januari 2015.

Pesawat dirancang memiliki beberapa pemberhentian atau menerbangi rute pendek sehingga bisa mengangkut dan menurunkan penumpang lebih banyak.

Sebagai gambaran, untuk rute Jakarta-Surabaya, N245 bisa singgah di Cirebon dan Semarang.

Keuntungannya, waktu perjalanan antarkota jadi lebih singkat, nyaman, dan tidak kena macet.

Harapannya, pesawat itu bisa jadi angkutan penghubung antarpulau dan antarkota dengan landasan pendek.

Pembangunan pesawat bisa mendukung program kemaritiman pemerintah. Konsep negara maritim tetap butuh pesawat untuk mengamankan laut atau penghubung antarpulau.

Selain itu, pengembangan N245 juga penting untuk menggerakkan ekonomi atau meningkatkan kemampuan para perekayasa dirgantara Indonesia.

Baca juga: Mengenal Pesawat Boeing 737-800 yang Jatuh di Iran

Sumber: Kompas.com/ Pramdia Arhando Julianto, Ambaranie Nadia Kemala Movanita | Editor: Ana Shofiana Syatiri, Muhammad Fajar Marta)

KOMPAS.com/Dhawam Pambudi Infografik: Spesifikasi Pesawat CN235-220

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com