Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Gejala Baru Virus Corona, dari Sulit Berbicara hingga Halusinasi

Kompas.com - 20/05/2020, 08:48 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Dalam sebagian besar kasus, Covid-19 adalah infeksi pernapasan yang menyebabkan demam, sakit, kelelahan, sakit tenggorokan, batuk dan, dalam kasus yang lebih parah, sesak napas dan gangguan pernapasan.

Namun, kini tampaknya adanya gejala neurologis akan masuk dalam daftar baru gejala virus corona lainnya.

Beberapa penelitian terbaru telah mengidentifikasi adanya gejala neurologis pada kasus Covid-19.

Baca juga: Indonesia Terserah, Ekspresi Kekecewaan, dan Bentuk Protes kepada Pemerintah...

Mereka membahas mengenai gejala diamati pada individu. Beberapa laporan menggambarkan pasien Covid-19 yang menderita sindrom Guillain-Barré.

Sindrom Guillain-Barré adalah gangguan neurologis di mana sistem kekebalan tubuh merespons infeksi dan akhirnya menyerang sel-sel saraf yang salah, mengakibatkan kelemahan otot dan akhirnya lumpuh.

Studi kasus lain telah menggambarkan ensefalitis Covid-19 yang parah (peradangan dan pembengkakan otak) dan stroke pada orang muda yang sehat dengan gejala Covid-19 yang ringan.

Sementara itu, China dan Perancis juga telah menyelidiki prevalensi gangguan neurologis pada pasien Covid-19. Penelitian ini menunjukkan, sebanyak 36 persen pasien memiliki gejala neurologis.

Banyak dari gejala ini ringan dan termasuk hal-hal seperti sakit kepala atau pusing yang dapat disebabkan oleh respons imun yang kuat. Gejala lain yang lebih spesifik dan parah juga terlihat dan termasuk hilangnya bau atau rasa, kelemahan otot, stroke, kejang dan halusinasi.

Gejala-gejala ini terlihat lebih sering pada kasus virus corona yang parah, dengan perkiraan mulai dari 46 persen hingga 84 persen dari kasus yang parah menunjukkan gejala neurologis.

Baca juga: Update Virus Corona di Dunia 20 Mei: 4,9 Juta Orang Terinfeksi | Ancaman AS ke WHO

Replikasi virus

Ilustrasi virus influenzaSHUTTERSTOCK/Kateryna Kon Ilustrasi virus influenza

Perubahan dalam kesadaran, seperti disorientasi, kurang perhatian dan gangguan pergerakan, juga terlihat pada kasus yang parah dan ditemukan bertahan setelah pemulihan.

Dalam studi terkait virus corona SARS-CoV-2, virus ini dapat berada di otak. Apabila kondisi seperti ini telah dianggap sebagai kasus yang serius.

Adanya virus corona di otak menyebabkan infeksi neuron penciuman di hidung dapat memungkinkan virus untuk menyebar dari saluran pernapasan ke otak.

Sel-sel di otak manusia mengekspresikan protein ACE2 di permukaannya.

ACE2 adalah protein yang terlibat dalam regulasi tekanan darah dan merupakan reseptor yang digunakan virus untuk masuk dan menginfeksi sel.

Tak hanya itu, ACE2 juga ditemukan pada sel endotel yang melapisi pembuluh darah.

Infeksi sel-sel endotel memungkinkan virus untuk berpindah dari saluran pernapasan ke darah dan kemudian melintasi sawar darah-otak ke otak.

Begitu sampai di otak, replikasi virus dapat menyebabkan gangguan neurologis.

Baca juga: Berikut Cara Membuat Hand Sanitizer Sendiri dengan Lima Bahan Sederhana

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Beda Batuk Gejala Covid-19 dan Batuk Biasa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com