Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Didi Kempot dan Mimpinya Ciptakan 1.000 Lagu soal Daerah di Indonesia

Kompas.com - 05/05/2020, 13:27 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Siapa yang tidak mengenal sosok Didi Kempot? Karya maestro musik campur sari ini banyak dikenal masyarakat dari berbagai kalangan.

Lagu-lagunya mayoritas menceritakan tentang sakit hati kisah asmara yang ditinggal kekasih.

Baca juga: Didi Kempot Didiagnosis Henti Jantung, Apa Penyebab dan Gejalanya?

Namun, di antara cerita sedih yang dibawakan pria bernama Dionisius Prasetyo ini kerap mengambil nama tempat atau daerah di Indonesia sebagai tema lagu yang dibawakannya.

Cukup banyak judul lagu yang menceritakan tempat di Indonesia telah dicipatakan oleh Didi Kempot. 

Baca juga: Kreativitas Didi Kempot dan Pelajaran Filsafat Eksistensi

Ternyata, legenda yang tutup usia pada umur 53 tahun ini memiliki mimpi untuk membuat 1.000 lagu sejenis.

Hal itu ia benarkan saat menjawab pertanyaan Kompas.com pertengahan tahun lalu.

"Ya mimpinya kayak gitu, sudah saya cicil kok tentang kota, kota, kota. Ya pinginnya seperti itu," kata Didi Kempot.

Baca juga: Jenazah Didi Kempot Diberangkatkan ke Ngawi, Dimakamkan di Desa Majasem

Namun, hingga saat ini jumlah lagu yang telah diciptakannya dengan menyebut nama tempat masih jauh dari mimpinya.

"Kalau yang saya tulis tentang kota belum banyak, sekitar 7-8 lagu. Banyu Langit, itu kan Jogja, I Love You Kebumen, Pantai Klayar Pacitan, Terminal Tirtonadi, Dalan Anyar Ngawi, Trenggalek Nyimpen Tresno, Perawan Kalimantan, Kopi Lampung," sebut Didi sambil mengingat-ingat.

Baca juga: Didi Kempot Tutup Usia, Sempat Ingin Punya Moge

Terinspirasi saat ngamen di Stasiun Balapan 

Dalam wawancaranya bersama Gofar Hilman di acara Ngobam Didi Kempot, ia menceritakan  alasan menciptakan lagu-lagu dengan tema tempat tertentu.

"Saya suka nulis lagu tentang daerah-daerah, Stasiun Balapan, Parangtritis," sebutnya ketika itu.

Misalnya lagu Stasiun Balapan yang diciptakan karena melihat kebiasaan para penumpang dan keluarga yang mengantarkannya di stasiun.

Baca juga: Jenazah Didi Kempot Akan Dimakamkan di Samping Makam Putranya

"Ada orang sering dada-dada (melambaikan tangan) di Stasiun Balapan, nangis-nangis, cium-cium, gitu-gitu. Masih ngamen (waktu itu), terus membatin 'ah masa, nanti jangan-jangan lupa'," jawabnya sambil tertawa.

Alasan lain, Didi Kempot mengatakan, ia banyak menciptakan lagu tentang tempat-tempat di daerah, karena tempat itu sudah terkenal lebih dulu sebelum lagunya diciptakan.

Baca juga: Momen Tak Terlupakan Didi Kempot Saat Ngobam, Loro Atiku Keloro-loro

Selain itu, di tempat itu sudah banyak cerita yang terjadi dan dialami oleh banyak orang sehingga lagu yang ia buat bisa lebih mudah diterima oleh para pendengar nantinya.

Sayangnya, belum terpenuhi mimpinya menciptakan 1.000 lagu yang bercerita tentang tempat-tempat atau daerah, ia sudah harus pulang ke pangkuan Yang Maha Kuasa, Selasa (5/5/2020) pagi di RS Kasih Ibu, Solo.

Selamat jalan sang legenda, karyamu akan selalu menemani pencinta musik di Tanah Air.

Baca juga: Didi Kempot Meninggal, Ketua Umum PP Muhammadiyah Sampaikan Duka CIta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

Tren
Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Tren
Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Tren
Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Tren
Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

Tren
Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena 'Salah Asuhan', Ini Kata Ahli

Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena "Salah Asuhan", Ini Kata Ahli

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com