Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Media Asing Sebut Kasus Meninggal Terkait Covid-19 di Indonesia 2.200 Orang

Kompas.com - 28/04/2020, 13:45 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Jika mengacu pada data Pemerintah, data kematian yang tercatat sebagai pasien Covid-19 di 16 provinsi tersebut adalah 693 kasus.

Anggota Gugus Tugas Covid-19, Wiku Adisasmito tidak mengomentari jumlah korban meninggal dari kelompok PDP.

Menurutnya, banyak orang yang diduga mengidap Covid-19 di Indonesia, sekitar 19.897 orang belum menjalani uji Covid-19.

Itu dikarenakan panjangnya antrean uji spesimen yang harus diproses di laboratorium yang mengalami kekurangan sumber daya manusia. Sehingga beberapa orang meninggal dunia sebelum hasil tesnya diketahui.

"Jika laboratorium memiliki ribuan atau ratusan sampel yang harus diuji, mana yang akan mereka prioritaskan? Laboratorium akan memberikan prioritas pada orang-orang yang masih hidup," kata Wiku.

Baca juga: Epidemiolog: Cuaca dan Geografis Indonesia Tak Signifikan Hambat Penyebaran Corona

Epidemiolog asal Universitas Indonesia Pandu Riono meyakini sebagian besar kematian yang terjadi pada PDP disebabkan oleh Covid-19.

"Saya percaya sebagian besar kematian PDP disebabkan oleh Covid-19," ujar dia.

Mengacu data yang dimiliki, Reuters menyebut Indonesia menduduki negara tertinggi kedua di Asia, setelah China, untuk jumlah kasus kematian akibat Covid-19.

Berbagai pihak pun terus mendesak Pemerintah untuk benar-benar menunjukkan transparansi data Covid-19, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk Indonesia.

Fokus positif Covid-19

Untuk meminta tanggapan soal data yang dipaparkan Reuters, Kompas.com telah mencoba menghubungi Juru Bicara Penanganan Covid-19 Indonesia Achmad Yurianto dan Kepala Bidang Media dan Opini Publik dari Kemenkes Busroni, namun tidak mendapatkan tanggapan.

Sepekan yang lalu saat Ikatan Dokter Indonesia menyebut kematian terkait Covid-19 di Indonesia bisa lebih dari 1.000 Yurianto mengatakan, pemerintah hanya fokus melaporkan pada pasien yang positif Covid-19. 

Yuri juga menyebutkan apabila kasus meninggal dunia konfirmasi positif digabung dengan PDP dan ODP, maka angkanya akan menjadi banyak.

Karena itu, pihaknya mengaku fokus pada kasus Covid-19 dan tidak mengumumkan data kematian terkait PDP dan ODP. "(Data kematian) tidak saya umumkan tetapi ada datanya. Kita fokus Covid-19," kata Yurianto dikutip dari pemberitaan KOMPAS.com, Senin (20/4/2020).

Sedangkan untuk kasus pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal tapi belum diketahui hasil tesnya, menurut Yuri bisa terjadi dikarenakan tiga faktor, yaitu jarak pengiriman hasil atau sampel, kapasitas laboratorium, dan reagen yang tersedia.

Baca juga: Dikritik Tes Covid-19 Masih Lambat dan Minim, Berikut Jawaban Pemerintah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

Tren
5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

Tren
5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

Tren
11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

Tren
Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: 'Track Record' Baik

Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: "Track Record" Baik

Tren
Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Tren
Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Tren
Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Tren
Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Tren
Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Tren
Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Tren
Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Tren
Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Tren
Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com