Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puasa Ramadhan, Pilihan Dokter, dan Pandemi Virus Corona...

Kompas.com - 26/04/2020, 06:08 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ramadhan tahun ini dimulai di tengah-tengah pandemi virus corona.

Bagi sebagian besar Muslim, ibadah puasa Ramadhan bisa dilakukan di rumah. Namun tidak bagi para tenaga medis.

Mereka dihadapkan pada pilihan tetap berpuasa atau menggantinya di lain hari (meng-qadha) karena harus menjalankan tugas terkait dengan wabah virus corona.

Baca juga: Trump Sebut Akan Bantu Kirim Ventilator ke Indonesia, Apa Saja Fungsi Alkes Ini?

Dilansir Aljazeera, Kamis (23/4/2020), Dr Ahmed Hozain, salah satu dokter yang menangani pasien Covid-19 di RS Brooklyn, memilih untuk tetap berpuasa.

Peneliti bedah residen dan transplantasi paru itu berencana untuk tidak makan, minum, mengunyah permen karet, dan minum obat selama puasa tahun ini.

Dia telah berpuasa sejak berusia 10 tahun. Pada Ramadhan sebelum-sebelumnya Hozain dapat melewatinya dengan baik.

Meskipun kadang dia diminta merawat pasien di ruang gawat darurat dan harus memperpanjang puasanya satu atau dua jam tambahan, puasa tetap dijalankannya.

Namun di tengah kelelahan memerangi pandemi, dia bertanya-tanya apakah dia bisa melewatinya tahun ini.

Meski begitu dia mempercayai dokter lain untuk membantunya membuat keputusan.

Setelah lebih dari 20 tahun mengamati Ramadhan, ia juga percaya pada dirinya sendiri.

"Kamu tahu dirimu sendiri, kamu tahu seberapa keras kamu bekerja, seberapa tajam dirimu, dan apa keputusan klinis yang harus kamu ambil," ujarnya.

Baca juga: Ingin Tetap Fit Selama Ramadhan? Berikut Tips Makan dan Minum Saat Berpuasa

Bekerja melawan virus

Dokter merawat pasien Covid-19 di Hubei, Tiongkok.news.abs-cbn.com Dokter merawat pasien Covid-19 di Hubei, Tiongkok.

Keraguan terjadi pada Dr Bedirhan Tarhan seorang ahli di bidang neurologi pediatrik di Gainesville, Florida.

Meskipun dia suka puasa, dia tidak yakin apakah dapat menyelesaikan sebulan penuh jika jumlah kasus Covid-19 meningkat di daerahnya.

"Jika saya merasa puasa memengaruhi kesehatan atau kinerja saya melawan virus, saya akan menunda," katanya.

Sementara itu ada juga yang tidak ragu berpuasa, seperti spesialis penyakit menular Dr Mobeen Rathore di daerah Jacksonville.

Dia telah menjalankan puasa selama 29 tahun. Menurutnya tidak pernah terjadi pertimbangan untuk tidak berpuasa.

Dilansir Gulf News, Jumat (10/4/2020), menurut Grand Mufti di Departemen Urusan Islam dan Kegiatan Amal Dubai Dr Ali Ahmad Masha'el puasa adalah pilar keempat Islam.

Tidak bisa dimaafkan seseorang yang tidak berpuasa dengan sengaja kecuali orang sakit dan orang dalam perjalanan.

Baca juga: Berikut Cara Mengatur Konsumsi Air Putih 8 Gelas Sehari Saat Puasa Ramadhan

Membutuhkan banyak energi

Dr Mike Olivier adalah dokter muda di rumah sakit Royal Bournemouth yang menceritakan pengalamannya bekerja di garda depan perlawanan virus corona. Screenshot video ITV Dr Mike Olivier adalah dokter muda di rumah sakit Royal Bournemouth yang menceritakan pengalamannya bekerja di garda depan perlawanan virus corona.

Mufti menjelaskan, Islam mengizinkan orang sakit tidak berpuasa, jika puasa dapat membahayakan hidup mereka atau kesehatan mereka.

Sementara itu menurut ahli imunologi University of Sussex Dr Jenna Macciochi ada beberapa pertimbangan dalam hal puasa saat pandemi.

Dilansir BBC, Jumat (24/4/2020), memerangi infeksi membutuhkan banyak energi. Periode lama tidak makan atau minum dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.

Jadi penting untuk memastikan seseorang cukup kalori selama jam makan yang diizinkan. Beberapa hal yang dibutuhkan adalah:

  • Makronutrien, seperti karbohidrat, protein, dan lemak
  • Zat gizi mikro, seperti vitamin C dan zat besi.

Makanan-makanan yang baik dikonsumsi antara lain:

  • sayuran dengan warna yang berbeda-beda
  • buah-buahan
  • kacang-kacangan

Selain itu juga perlu menjaga aspek-aspek lain dari kesehatan seperti mencoba tidur yang cukup, olahraga, dan menghilangkan stres. Hal itu dapat menjaga sistem kekebalan tubuh.

Lebih sederhana lagi, cara terbaik untuk melindungi kesehatan adalah mencegah paparan virus.

Perlu diingat juga, sebagian besar risiko dapat dihindari dengan mencuci tangan.

Baca juga: Mengapa Kita Harus Berpuasa? Berikut Alasannya Meski di Tengah Pandemi Corona Sekalipun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 8-9 Juni 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 8-9 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Izin Tambang untuk Ormas Keagamaan | Tapera Ditunda

[POPULER TREN] Izin Tambang untuk Ormas Keagamaan | Tapera Ditunda

Tren
Jelang Puncak Haji, Bus Shalawat Sementara Setop Layani Jemaah

Jelang Puncak Haji, Bus Shalawat Sementara Setop Layani Jemaah

Tren
Bikin Ilmuwan Bingung, Ini 13 Misteri Alam Semesta yang Belum Terpecahkan

Bikin Ilmuwan Bingung, Ini 13 Misteri Alam Semesta yang Belum Terpecahkan

Tren
Mungkinkah 'Psywar' Penonton Pengaruhi Hasil Akhir Pertandingan Sepak Bola?

Mungkinkah "Psywar" Penonton Pengaruhi Hasil Akhir Pertandingan Sepak Bola?

Tren
Asal-usul Nama Borneo, Sebutan Lain dari Pulau Kalimantan

Asal-usul Nama Borneo, Sebutan Lain dari Pulau Kalimantan

Tren
Jokowi Beri Izin Tambang, NU Gercep Bikin PT tapi Muhammadiyah Emoh Tergesa-gesa

Jokowi Beri Izin Tambang, NU Gercep Bikin PT tapi Muhammadiyah Emoh Tergesa-gesa

Tren
Kronologi Bos Rental Mobil Asal Jakarta Dikeroyok Warga hingga Tewas di Pati

Kronologi Bos Rental Mobil Asal Jakarta Dikeroyok Warga hingga Tewas di Pati

Tren
Nilai Tes Ulang Rekrutmen BUMN Lebih Rendah dari yang Pertama, Masih Berpeluang Lolos?

Nilai Tes Ulang Rekrutmen BUMN Lebih Rendah dari yang Pertama, Masih Berpeluang Lolos?

Tren
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1445 H Jatuh pada Senin 17 Juni 2024

Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1445 H Jatuh pada Senin 17 Juni 2024

Tren
Teka-teki Penguntitan Jampidsus yang Belum Terjawab dan Kemunculan Drone di Atas Gedung Kejagung

Teka-teki Penguntitan Jampidsus yang Belum Terjawab dan Kemunculan Drone di Atas Gedung Kejagung

Tren
Viral Video Sekuriti Plaza Indonesia Disebut Pukuli Anjing Penjaga, Ini Kata Pengelola dan Polisi

Viral Video Sekuriti Plaza Indonesia Disebut Pukuli Anjing Penjaga, Ini Kata Pengelola dan Polisi

Tren
Tiket KA Blambangan Ekspres Keberangkatan mulai 18 Juni 2024 Belum Bisa Dipesan, Ini Alasannya

Tiket KA Blambangan Ekspres Keberangkatan mulai 18 Juni 2024 Belum Bisa Dipesan, Ini Alasannya

Tren
Panglima Sebut TNI Bukan Lagi Dwifungsi tapi Multifungsi ABRI, Apa Itu?

Panglima Sebut TNI Bukan Lagi Dwifungsi tapi Multifungsi ABRI, Apa Itu?

Tren
Beredar Uang Rupiah dengan Cap Satria Piningit, Bolehkah untuk Bertransaksi?

Beredar Uang Rupiah dengan Cap Satria Piningit, Bolehkah untuk Bertransaksi?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com