KOMPAS.com - Ramadhan tahun ini dimulai di tengah-tengah pandemi virus corona.
Bagi sebagian besar Muslim, ibadah puasa Ramadhan bisa dilakukan di rumah. Namun tidak bagi para tenaga medis.
Mereka dihadapkan pada pilihan tetap berpuasa atau menggantinya di lain hari (meng-qadha) karena harus menjalankan tugas terkait dengan wabah virus corona.
Dilansir Aljazeera, Kamis (23/4/2020), Dr Ahmed Hozain, salah satu dokter yang menangani pasien Covid-19 di RS Brooklyn, memilih untuk tetap berpuasa.
Peneliti bedah residen dan transplantasi paru itu berencana untuk tidak makan, minum, mengunyah permen karet, dan minum obat selama puasa tahun ini.
Dia telah berpuasa sejak berusia 10 tahun. Pada Ramadhan sebelum-sebelumnya Hozain dapat melewatinya dengan baik.
Meskipun kadang dia diminta merawat pasien di ruang gawat darurat dan harus memperpanjang puasanya satu atau dua jam tambahan, puasa tetap dijalankannya.
Namun di tengah kelelahan memerangi pandemi, dia bertanya-tanya apakah dia bisa melewatinya tahun ini.
Meski begitu dia mempercayai dokter lain untuk membantunya membuat keputusan.
Setelah lebih dari 20 tahun mengamati Ramadhan, ia juga percaya pada dirinya sendiri.
"Kamu tahu dirimu sendiri, kamu tahu seberapa keras kamu bekerja, seberapa tajam dirimu, dan apa keputusan klinis yang harus kamu ambil," ujarnya.
Keraguan terjadi pada Dr Bedirhan Tarhan seorang ahli di bidang neurologi pediatrik di Gainesville, Florida.
Meskipun dia suka puasa, dia tidak yakin apakah dapat menyelesaikan sebulan penuh jika jumlah kasus Covid-19 meningkat di daerahnya.
"Jika saya merasa puasa memengaruhi kesehatan atau kinerja saya melawan virus, saya akan menunda," katanya.
Sementara itu ada juga yang tidak ragu berpuasa, seperti spesialis penyakit menular Dr Mobeen Rathore di daerah Jacksonville.
Dia telah menjalankan puasa selama 29 tahun. Menurutnya tidak pernah terjadi pertimbangan untuk tidak berpuasa.
Dilansir Gulf News, Jumat (10/4/2020), menurut Grand Mufti di Departemen Urusan Islam dan Kegiatan Amal Dubai Dr Ali Ahmad Masha'el puasa adalah pilar keempat Islam.
Tidak bisa dimaafkan seseorang yang tidak berpuasa dengan sengaja kecuali orang sakit dan orang dalam perjalanan.
Mufti menjelaskan, Islam mengizinkan orang sakit tidak berpuasa, jika puasa dapat membahayakan hidup mereka atau kesehatan mereka.
Sementara itu menurut ahli imunologi University of Sussex Dr Jenna Macciochi ada beberapa pertimbangan dalam hal puasa saat pandemi.
Dilansir BBC, Jumat (24/4/2020), memerangi infeksi membutuhkan banyak energi. Periode lama tidak makan atau minum dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Jadi penting untuk memastikan seseorang cukup kalori selama jam makan yang diizinkan. Beberapa hal yang dibutuhkan adalah:
Makanan-makanan yang baik dikonsumsi antara lain:
Selain itu juga perlu menjaga aspek-aspek lain dari kesehatan seperti mencoba tidur yang cukup, olahraga, dan menghilangkan stres. Hal itu dapat menjaga sistem kekebalan tubuh.
Lebih sederhana lagi, cara terbaik untuk melindungi kesehatan adalah mencegah paparan virus.
Perlu diingat juga, sebagian besar risiko dapat dihindari dengan mencuci tangan.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/26/060800065/puasa-ramadhan-pilihan-dokter-dan-pandemi-virus-corona