Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Hikmah Pandemi Covid-19 terhadap Riset dan Pengetahuan

Kompas.com - 07/04/2020, 11:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Selama wabah, mereka meneliti RNA virus pada spesimen. Hasilnya, RNA virus yang ada di udara umumnya berasal dari konsentrasi virus yang bertahan.

Hampir tidak ditemukan RNA virus pada lokasi yang tidak ada kerumuman, seperti ICU dan ruang isolasi. Hanya sedikit RNA virus pada area toilet dan pintu keluar ruang staf.

Banyak RNA virus pada ruang ganti staf medis saat melepas alat pelindung diri (APD). Banyaknya RNA virus ini berbanding lurus dengan lamanya staf medis melakukan perawatan.

Ruang publik umumya memiliki konsentrasi RNA virus yang rendah, kecuali di sekitar tempat berkumpulnya orang seperti pintu masuk pusat perbelanjaan dan rumah sakit.

Pada penelitian Covid-19 di Singapura ditemukan bahwa 87 persen ruang rawat pasien dan 60 persen toilet (khususnya pada dudukan toilet, keran wastafel, dan tuas pintu) yang belum dibersihkan mengandung RNA virus dengan konsentrasi yang berarti.

Virus bertahan hidup dan menginfeksi sel atau manusia setelah tiba pada permukaan plastik hingga 72 jam dan pada stainless-steel, tembaga serta kardus hingga 24 jam.

Karena riset saya di bidang perilaku perjalanan (travel behaviour), maka keseharian saya dikelilingi mitra bestari di bidang tersebut.

Beberapa hari yang lalu, dalam beberapa grup WhatsApp bertema transportasi, seorang rekan peneliti dari Universitas Gadjah Mada mengedarkan kuesioner online mengenai dampak pandemi Covid-19 terhadap perilaku perjalanan.

Karena yang diukur adalah dampak, maka yang ditanyakan adalah perilaku perjalanan sebelum dan selama pandemi Covid-19 dalam hal frekuensi dan tujuan perjalanan, moda transportasi yang digunakan dan aktivitas sehari-hari yang dilakukan. Sungguh sebuah kejelian dalam memilih topik penelitian yang aktual dan bermanfaat.

Beberapa waktu lalu kakak sepupu saya seorang pramudi Transjakarta berbagi fotonya yang sedang bersiap melayani penumpang.

Pertama, yang bersangkutan menunjukkan bahwa dirinya sudah siap dengan masker terpasang. Kemudian, dia menunjukkan bagaimana social distancing diterapkan di Transjakarta dengan membatasi jumlah penumpang.

Agar terdapat jarak yang cukup antara penumpang, kursi yang tidak boleh digunakan ditandai stiker silang, dan area berdiri yang diizinkan diberi stiker garis memanjang.

Sangat menarik untuk diteliti mengenai tingkat ketaatan masyarakat terhadap ketentuan tersebut.

Perlu dikaji dampak sosial akibat pandemi. Kita lihat bagaimana suatu keluarga korban meninggal dunia akibat Covid-19 di Jawa Timur yang membawa pulang secara paksa jenazah dari rumah sakit untuk dilakukan pemuliaan jenazah (dimandikan, dikafani, dishalatkan, dan dimakamkan) secara biasa.

Sebagai akibat tidak memperlakukan jenazah sesuai ketentuan penenganan korban meninggal akibat Covid-19, maka seluruh keluarga yang terlibat menjadi orang dalam pemantauan (ODP).

Contoh lain adalah stigma yang diberikan kepada orang yang positif mengidap Covid-19, pasien dalam pengawasan (PDP) dan ODP.

Dalam konteks bersikap hati-hati dalam berinteraksi memang baik, tapi dalam konteks kecenderungan untuk melakukan pengucilan tentu tidak dapat dibenarkan.

Silakan juga amati berapa banyak resepsi pernikahan yang dibatalkan (atau nekad dijalankan lalu dibubarkan petugas).

Masih bersyukur jika akad nikah masih bisa tetap berjalan (dengan hadirin sangat terbatas) karena tidak ada kendala pergerakan calon pengantin dan keluarga besarnya.

Namun, tidak semua kasus sesederhana itu. Sebagai contoh Jabodetabek, yang merupakan zona merah Covid-19.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com