Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kisah Cynthia, Survivor Covid-19 di "Negeri Singa"

Kompas.com - 05/04/2020, 06:03 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Virus corona tak pandang bulu, dapat menyerang siapa saja, pria, wanita, muda hingga tua. Siapa pun bisa tertular Covid-19.

Maria Cynthia Jaya Cindy (22), seorang WNI yang terinfeksi virus corona dengan gejala ringan, mengisahkan pengalaman pribadinya berjuang melawan Covid-19.

Ia merasakan gejala yang tak biasa saat terinfeksi virus corona pada 8 Maret 2020 lalu.

Selain harus berjuang melawan SARS-CoV-2 yang menyerang saluran pernapasan itu, Cynthia juga menjelaskan tindakan yang pernah dilakukannya saat virus tersebut mulai "menjajah" sistem imunnya.

Baca juga: Apa Itu Herd Immunity dan Mengapa Berisiko Tinggi?

Gejala ringan

Cerita bermula ketika, ia bersama keluarga harus menemani sang ayah ke Singapura untuk menjalani operasi mata pada 8 Maret 2020.

Selama perjalanan dari Indonesia menuju Singapura, ia dan keluarga sangat menjaga waktu terbang dan tetap memakai masker serta tidak memegang apa pun untuk mengantisipasi penularan.

Cynthia mengaku tertular virus tersebut saat berada di Indonesia. Waktu itu, ia merasakan tubuhnya menjadi merasa capek dan tenggorokan gatal.

"Pertama-tama, saya merasa capek dan gatal tenggorokan, cuma saya pikir mungkin gara-gara kurang minum, karena memang betul persis banget perasaannya dan hari itu saya memang kurang minum," ujar Cynthia saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (4/4/2020).

Keesokan harinya, ia mengalami demam tinggi dengan suhu badan 38-39 derajat celsius, badan pegal-pegal, keringat dingin, dan sakit kepala berat.

Gejala tersebut dirasakannya selama tiga hari, namun ia masih merasakan flu dan mulai kehilangan kemampuan indra pengecap dan indra penciuman.

"Saya enggak suspect saat itu karena tidak ada batuk-batuk, meler, hidung tersumbat, sakit tenggorokan. Tapi, memang semenjak demam mulai, saya hilang taste and smell, dan baru sadar itu agak aneh setelah tidak demam lagi," kata dia.

Di saat muncul gejala hilangnya kemampuan indra pengecap dan indra penciuman tersebut, perempuan yang saat ini bekerja sebagai co-founder di NGO, Project Planet ini mengalami keringat berlebih dan tubuh lemas.

Ketika tubuhnya merasakan dua gejala ringan tersebut, ia mengira hal tersebut merupakan salah satu proses recovery tubuh.

Baca juga: 5 Hal Sederhana yang Dapat Dilakukan untuk Cegah Penyebaran Virus Corona

Batuk berdarah

Pada hari ke-7, muncul gejala lain pada tubuhnya. Ia merasakan batuk-batuk, bahkan batuk tersebut sampai mengeluarkan sedikit darah yang bercampur dengan dahak.

Dari gejala itulah ia mengira dirinya mengidap Covid-19.

Kemudian, ia beristirahat di rumah (akomodasi) di Singapura, karena tidak terpikirkan bahwa ia terinfeksi Covid-19.

Setelah mengetahui kondisi Cynthia, pihak keluarga belum mau merujuknya ke rumah sakit, lantaran memikirkan risikonya.

Oleh karena itu, Cynthia melakukan isolasi mandiri di kamarnya dengan menggunakan masker untuk berjaga-jaga agar tidak menular ke keluarganya.

Namun, tidak berselang lama, Cynthia akhirnya dirujuk ke salah satu RS di Singapura untuk mengalami perawatan intensif.

Ia mengaku, kemampuan indra pengecap dan indra penciumannya berangsur kembali.

"Selama 1-2 minggu, kemampuan itu pelan-pelan kembali ke normal," kata Cynthia.

"Semenjak sampai di rumah sakit, pernah sekali atau dua kali aku merasa kayak ada tekanan sedikit di dada dan agak sesak napas, tapi rasa itu menghilang setelah tidur," lanjut dia.

Baca juga: Jadi Pandemi Global, Kenali 3 Gejala Awal Covid-19

Penanganan Rumah Sakit

Meski begitu, Cynthia mengungkapkan bahwa gejala yang dialaminya bukan gejala secara umum.

"Orang lain bisa berbeda-beda gejalanya. Ada yang lebih parah dan malah ada yang tidak menunjukkan gejala sama sekali. Jadi ini sekadar pengalaman saja agar orang-orang memperhatikan gejala ringan dari kasus virus corona seperti apa," kata dia.

Saat dirinya dibawa ke RS, untuk kasus ringan seperti yang dialaminya, Cynthia mengaku, dokter hanya memberi obat untuk gejala-gejala, seperti pereda pusing dan obat batuk.

Kemudian, ia dianjurkan untuk minum air putih dan harus menjaga jam tidurnya agar sistem imun bisa melawan virus SARS-CoV-2 dengan baik.

"Aku immune system-nya bagus, makanya sangat mild (ringan) kasusnya, tapi untung banget aku termasuk pakai masker, sehingga keluarga dan teman-teman sekarang masih sehat dan tidak ada yang tertular," ujar Cynthia.

Baca juga: Saat Virus Corona Renggut Nyawa Satu Keluarga di Italia...

Saat menjalani perawatan, Cynthia diberi obat azithromycin oleh dokter.

Ia menyampaikan, obat ini merupakan antibiotik biasa yang menunjukkan efek bagus untuk mengurangi virus bagi beberapa orang.

Namun, hal itu masih eksperimental dan belum tentu hasilnya akan mengurangi dampak virus dalam tubuh lain.

Sementara itu, Cynthia mengimbau kepada masyarakat agar berhati-hati, meskipun ada orang yang tidak muncul gejala, namun pasien tersebut dapat menyebarkan virus corona ke orang lain.

Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk social distancing di rumah.

"Saya juga enggak nyangka dapat virus ini, tapi saya masih menjaga jarak dari keluarga dan orang-orang demi keselamatan mereka. Jadi, tetaplah waspada, jangan panik, jaga kesehatan diri dan tetap update info tentang Covid-19 melalui WHO agar tahu tindakan pencegahan yang benar," imbuh dia.

Saat ini, kondisi Cynthia berangsur membaik. Namun dia masih berada di Rumah Sakit untuk proses pemulihan.

Baca juga: Simak, Ini 10 Cara Pencegahan agar Terhindar dari Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Tren
7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

Tren
Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Tren
Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Tren
Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D saat Terpapar Sinar Matahari?

Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D saat Terpapar Sinar Matahari?

Tren
Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Tren
7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

Tren
BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

Tren
Masalah Tiga Tubuh

Masalah Tiga Tubuh

Tren
Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Tren
Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Tren
Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com