Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sesar Cimandiri dan Pemicu Gempa Pelabuhan Ratu Hari Ini

Kompas.com - 22/03/2020, 14:38 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wilayah Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat diguncang gempa tektonik bermagnitudo 3,5 pada Minggu (22/3/2020) pukul 10.48 WIB.

Kepala Bidang Informasi Gempabumi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, episenter gempa terletak di koordinat 7,07 LS dan 106,56 BT.

"Tepatnya di darat pada jarak 44 km barat daya Kota Sukabumi, pada kedalaman 2 km," kata Daryono saat dihubungi Kompas.com, Minggu (22/3/2020).

Ia menambahkan, dari laporan masyarakat, guncangan gempa dirasakan di wilayah Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kecamatan Warung Kiara dan Kecamatan Simpenan dengan Skala Intensitas II MMI.

Getaran dirasakan oleh beberapa orang dan benda ringan yang digantung turut bergoyang.

Gempa yang terjadi ini dilaporkan tidak menyebabkan terjadinya kerusakan.

Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?

Sesar Cimandiri

Daryono menjelaskan, memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktifitas Sesar Cimandiri.

Namun, ia memastikan bahwa gempa ini tidak ada kaitannya dengan gempa bermagnitudo 5,1 yang mengguncang Kabupaten Sukabumi dan sekitarnya dan menimbulkan kerusakan di Kalapanunggal dan sekitarnya pada 10 Maret 2020 lalu.

"Banyak warga yang menanyakan apakah ada kaitan antara gempa tadi pagi dan gempa Kalapanunggal yang terjadi pada beberapa hari lalu," kata Daryono.

"Dapat dijelaskan bahwa pembangkit gempa ini berbeda. Saat itu gempa dipicu oleh aktivitas Sesar Citarik yang lokasinya di sebelah barat sesar Cimandiri," lanjut dia.

Lebih lanjut, Sesar Citarik memiliki orientasi utara timur laut-selatan barat daya, memanjang namun tersegmentasi melalui Pelabuhan Ratu, Bogor, hingga Bekasi.

Sesar ini masih aktif hingga saat ini dengan mekanisme sesar geser atau mendatar mengiri (sinistral strike slip).

Sementara itu, Sesar Cimandiri memiliki orientasi timur timur laut-barat barat daya, memanjang dan tersegmentasi dalam 5 segmen mulai dari Pelabuhan Ratu sampai Gandasoli. Sesar ini cukup aktif dengan mekanisme sama dengan Sesar Citarik.

Baca juga: Viral Megathrust Sulawesi Sebabkan Gempa dan Tsunami Besar, Ini Penjelasannya

Sejarah gempa

Sejarah gempa menunjukkan bahwa Sesar Cimandiri maupun Sesar Citarik sama-sama sudah beberapa kali memicu terjadinya gempa merusak di wilayah Kabupaten Sukabumi pada 1879, 1900, 1912, 1969, 1973, 1982, 2000, 2011, 2012, dan 2020.

Gempa yang terjadi pada 12 Juli 2000 dengan magnitudo M 5,4 dan M 5,1 menyebabkan sebanyak lebih dari 1.900 rumah rusak di Cidahu, Cibadak, Parakansalak, Gegerbitung, Sukaraja, Cikembar, Kududampit, Cicurug, Nagrak, Parungkuda, Sukabumi, Cisaat, Warungkiara, Kalapanunggal, Nyalindung, Cikadang, dan Kabandungan.

Sedangkan, gempa Kalapanunggal pada 11 Maret 2020 dengan magnitudo M 5,1 merusak lebih dari 760 rumah.

Daryono mengimbau, masyarakat yang tinggal di daerah rawan gempa agar membangun bangunan rumah yang strukturnya kuat.

"Jika upaya ini tidak dilakukan, maka sampai kapan pun setiap terjadi gempa kuat maka kerusakan bangunan akan terus terjadi," imbuhnya.

Baca juga: Fenomena Kemunculan Oarfish dan Mitos Prediksi Gempa...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

6 Tanda yang Menunjukkan Seseorang Cerdas Tanpa Berbicara

6 Tanda yang Menunjukkan Seseorang Cerdas Tanpa Berbicara

Tren
Badai Matahari Besar Picu Kemunculan Aurora di Inggris sampai AS, Apa Dampaknya?

Badai Matahari Besar Picu Kemunculan Aurora di Inggris sampai AS, Apa Dampaknya?

Tren
Mengenal Kondisi Thalasemia, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Kondisi Thalasemia, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Media Asing Ramai-ramai Soroti Rasisme Oknum Suporter Indonesia ke Guinea

Media Asing Ramai-ramai Soroti Rasisme Oknum Suporter Indonesia ke Guinea

Tren
Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Tren
Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Tren
Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com