Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Melawan Virus Corona: Waspada Boleh, Panik Jangan

Kompas.com - 06/03/2020, 06:55 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Awal pekan lalu, Senin (2/3/2020), Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengumumkan dua kasus pertama Covid-19 yang disebabkan infeksi virus corona.

Pengumuman itu disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto di Istana Kepresidenan, Jakarta.

"Orang Jepang ke Indonesia bertemu siapa, ditelusuri dan ketemu. Ternyata orang yang terkena virus corona berhubungan dengan dua orang, ibu 64 tahun dan putrinya 31 tahun," kata Jokowi.

Sebelum adanya pengumuman itu, banyak pihak meragukan status Indonesia yang nihil kasus, mengingat sejumlah negara sekitarnya telah terinfeksi.

Tidak adanya Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai, tak ada ruang isolasi yang cukup dan tak memadainya transportasi spesimen menjadi alasan atas keraguan itu.

Namun, keraguan itu dibantah langsung oleh Menkes Terawan.

Baca juga: [POPULER TREN] Kisah Pasien Sembuh Corona | Hasil SKD CPNS Diumumkan 22-23 Maret

Menurut Menkes, alat yang digunakan Kemenkes adalah alat tercanggih yang didatangkan dari Amerika Serikat.

Pasca-pengumuman pemerintah, masyarakat bereaksi. Terjadi panic buying terutama untuk masker, hand sanitizer, dan makanan kemasan.

Istana pun mengimbau agar masyarakat tak panik, tetapi tetap waspada.

Melihat penanganan di negara lain, respons cepat pemerintah menghadapi situasi krisis virus corona menjadi salah satu kunci menekan penyebaran dan peningkatan angka kasus.

Pemerintah tidak panik

Dosen kebijakan publik Universitas Gadjah Mada Gabriel Lele menilai, respons yang dilakukan pemerintah terkait penyebaran virus corona sudah baik.

Menurut dia, pemerintah tidak menunjukkan rasa panik dalam menangani kasus positif pertama di Indonesia.

Meski demikian, soal transparansi atas kasus ini masih menimbulkan banyak pertanyaan di benak publik. 

"Pemerintah melalui Kemenkes beberapa kali memberikan penjelasan kepada publik. Tapi yang membuat publik bertanya-tanya adalah soal kredibilatas ketika Menkes mengatakan bahwa kita berserah saja kepada Yang Maha Kuasa," kata Lele kepada Kompas.com, Kamis (5/3/2020).

Ia juga berharap agar pemerintah memperketat keimigrasian dengan pengecekan yang lebih sistematis.

Menurut Lele, pengecekan di beberapa pintu masuk saat ini hanya berdasarkan pada self assessment.

"Artinya kalau orang merasa baik-baik saja, ya sudah dia enggak akan centang di dalam form yang diberikan imigrasi, sehingga lewat begitu saja," kata Lele.

Baca juga: Viral Driver Ojol Pakai Masker Gas karena Takut Terkena Virus Corona

Seharusnya, ia menilai, hal yang harus diperhatikan Indonesia adalah pemeriksaan komprehensif di titik keluar masuk negara, khususnya dari negara yang tingkat paparan virusnya tinggi.

Meski demikian, ia menganggap bahwa Indonesia memiliki kesiapan yang relatif baik.

Gabriel juga meminta agar pemerintah juga fokus terhadap penanganan virus corona yang bersifat sosial.

"Terkait dengan penanganan yang sifatnya sosial, pemerintah harus tegas bagi siapa pun yang menimbun peralatan-peralatan pencegahan paling mendasar," kata dia.

Angka kesembuhan tinggi, optimistis lawan corona

Menilik dari data persentase virus corona baru penyebab Covid-19, tercatat ada 53.400 pasien yang dinyatakan sembuh atau lebih dari 50 persen dari kasus yang dikonfirmasi.

Jumlah tersebut jauh lebih besar dibandingkan angka kematian yang mencapai 3.286 atau 3,4 persen.

Demikian pula halnya dengan tingkat kematiannya yang lebih kecil dibandingkan tiga penyakit lain yang pernah mewabah, yaitu flu burung (50-80 persen), MERS (35 persen), dan SARS (10 persen).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com