Secara tidak langsung, legitimasi merefleksikan suara dari orang-orang yang akan dipimpinnya sehingga seorang leader yang memiliki legitimasi sangat paham terhadap kebutuhan orang lain dan tahu bagimana membuat keputusan dan kebijakan yang berorientasi pada kepentingan bersama.
Namun yang problematis dari legitimasi adalah kesadaran penuh dari seorang leader untuk menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan kejujuran karena dalam kasus tertentu legitimasi bisa aja bersifat transaksional dan manipulatif dengan memanfaatkan kondisi-kondisi tertentu.
Beetham menyarankan bahwa kekuasaan yang diperoleh dari legitimasi harus memenuhi tiga kondisi.
Pertama, kekuasaan harus berpatokan pada aturan yang baku dan formal serta mengikat.
Kedua, aturan yang baku tersebut harus diakui dan dibenarkan dalam pandangan yang sama baik dari yang memiliki legitimasi maupun yang memberikan legitimasi.
Ketiga, persoalan legitimasi wajib dibuktikan karena terdapat suatu ekspresi persetujan dari pihak yang diperintah.
Singkatnya, leader, leadership, dan legitimasi merupakan tiga aspek sentral dalam memilih seorang pemimpin.
Jika terdapat ketimpangan, khususnya aspek legitimasi, maka segala bentuk perlawanan yang bersifat subversif dan berangkat dari ketidakadilan akan bermuara pada penolakan keras yang mengakibatkan keadaan kepemimpinan menjadi tidak kondusif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.