KOMPAS.com - Sebuah kapal pesiar Diamond Princess yang membawa 3.711 orang, 2.666 penumpang dan 1.045 kru terpaksa dikarantina di Yokohama, Jepang.
Karantina dilakukan setelah 10 orang di dalam kapal tersebut terbukti terinfeksi virus corona, berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan pada Senin (3/2/2020).
Melansir The Guardian, pemeriksaan dilakukan terhadap 273 orang di dalam kapal. Hasil pemeriksaaan terhadap 31 orang di antaranya sudah keluar dan diketahui terdapat 10 orang penumpang dan kru yang terinfeksi.
Mereka yang dinyatakan positif mengidap virus mematikan asal Wuhan, China ini, kemudian dikeluarkan dari kapal dan dilarikan ke rumah sakit terdekat menggunakan kapal penjaga perbatasan.
Perusahaan kapal, Carnival, menyebutkan, 10 orang tersebut terdiri dari 2 warga negara Australia, 3 dari Jepang, 3 lainnya dari Hong Kong, 1 orang Amerika Serikat, dan 1 orang merupakan kru kapal asal Filipina.
Semua yang dinyatakan terinfeksi diketahui berusia lanjut, antara 50-80 tahun.
Menteri Kesehatan Jepang, Katsunobu Kato belum mengetahui apakah tes kesehatan ini akan dilakukan pada lebih banyak orang.
Yang jelas, kapal dan orang-orang yang ada di dalamnya harus diobservasi selama 14 hari sesuai dengan standar yang ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Ribuan orang lainnya yang dinyatakan sehat, mau tidak mau terjebak di kapal pesiar mewah itu selama 2 minggu ke depan setelah pada hari Selasa (4/2/2020) dikeluarkan pengumuman larangan meninggalkan kapal.
Baca juga: Warga Eksodus Tinggalkan Natuna, Ini Penjelasan Ketum IDI tentang Penyebaran Virus Corona
Photo from inside #DiamondPrincess quarantined in #Yokohama #Japan multiple passengers and crew test positive for #coronavirus now concerns about food as a source or infection. pic.twitter.com/claCdhQkhE
— Mizikis (@Mizikis) February 5, 2020
Seorang penumpang asal Inggris, David Abel, yang sudah sejak 2 minggu sebelumnya berada di dalam Diamond Princess, menceritakan kondisi sebagian penumpang saat ini ada di dalam kabin.
"Saya sangat prihatin, terlebih bagi mereka yang ingin menghemat uang sehingga memesan ruangan di dalam kabin. Mereka tidak mendapat cahaya matahari juga udara segar," kata Abel.
Sementara itu, ia dan istrinya berada di sebuah suite yang lebih nyaman dengan fasilitas balkon yang memungkinkannya mendapat akses cahaya matahari dan udara segar.
Dikisahkan, penumpang-penumpang itu sudah memutuskan untuk tetap tinggal dalam kabin sebelum larangan dimunculkan, karena takut terinveksi virus yang sudah positif ditemukan.
Akibatnya, sebagian besar tempat atau sudut fasilitas di kapal ini tidak digunakan untuk beraktivitas.
Bar terlihat kosong, begitu juga lorong-lorong yang biasanya ramai untuk berlalu lalang para penumpang juga kru.