KOMPAS.com - Gunung Taal yang meletus pada Senin (13/1/2020) masih menjadi perbincangan publik. Gunung tersebut merupakan salah satu gunung paling aktif di Filipina.
Dilansir dari BBC, selama beberapa hari terakhir, gunung ini telah memuntahkan lava, memicu gempa bumi, dan memancarkan gumpalan abu besar yang telah menyebar ke seluruh Pulau Luzon dan sekitarnya.
Para ilmuan khawatir akan ada letusan berbahaya yang lebih besar terjadi.
Meskipun masuk dalam kategori gunung berapi kecil, letusannya tidak bisa diremehkan.
"Sangat kecil tapi gunung berapi yang berbahaya," kata Kepala Institus Vulkanologi dan Seismologi Filipina (Philvolcs), Renato Solidum.
Gunung Taal merupakan gunung berapi kompleks. Gunung tersebut tidak hanya memiliki satu lubang angin atau kerucut, tapi beberapa titik erupsi yang sudah berubah seiring waktu.
"Gunung berapi Taal merupakan gunung berapi bayi yang berada di dalam gunung berapi kaldera yang jauh lebih besar," ujar Profesor vulkanologi fisik University of Canterbury, New Zealand, Ben Kennedy.
Di area Gunung Taal juga terdapat Danau Taal seluas 234 kilometer persegi, yang terbentuk di kaldera letusan masif sebelumnya.
Selain itu, juga terdapat Pulau Volcano dengan 47 kawah, serta 4 kawah vulkanik yang terbentuk saat magma panas bersentuhan dengan air tanah dangkal.
Sentuhan magma panas dengan air tanah dangkal tersebut dapat menghasilkan ledakan uap yang hebat.
Seluruh Pulau Volcano telah ditandai sebagai zona bahaya permanen oleh Philvolcs.
Baca juga: Gunung Taal di Filipina Meletus, Turis: Pengalaman Sekali Seumur Hidup
Setidaknya dilaporkan, dalam beberapa ratus tahun terakhir, terdapat 35 letusan dan terbaru pada 1977.
Pada 1911, terdapat letusan sangat besar dari kawah utama yang membuat partikel-partikel baru dan percahan-pecahan meletus dari gunung berapi.
Kejadian tersebut menewaskan lebih dari 1.300 orang.
Vukanologis di AS, Jess Phoenix menuturkan, Taal mempunyai sejarah gaya erupsi berganda. Sehingga, menciptakan ancaman di darat dalam bentuk lava dan di udara melalui abu.