Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musim Ulat, Bagaimana Penanganannya?

Kompas.com - 06/01/2020, 13:54 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Ulat jati menyerbu perumahan warga di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, pada akhir Desember 2019.

Ulat tersebut berwarna hitam sebesar tusuk sate.

Pada November lalu, kejadian masuknya ulat bulu yang menyerbu sebuah sekolah juga terjadi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Kemunculan ulat bulu masih harus diwaspadai.

Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Dr. Cahyo Rahmadi mengatakan, saat ini memang merupakan musimnya telur ulat menjadi ulat.

Menurut dia, kemunculan ulat-ulat itu umum terjadi dalam konsep ekologi.

“Yang menyebabkan jadi banyak karena hilangnya pemangsa yg sebelumnya berperan menjadi pengendali populasi salah satunya keberadaan burung yang sudah mulai jarang di alam,” kata Cahyo saat dihubungi Kompas.com, Minggu (5/1/2020).

Ia menilai, dari sisi bahaya, kemunculan ulat tidak berbahaya.

“Cuma mengganggu dan kalau bersentuhan jadi gatal,” kata dia.

Mengendalikan ulat

Melansir dari buku Managing Smallholder Teak Plantations terbitan CIFOR, untuk mengendalikan serangan ulat jati yang parah bisa menggunakan insektisida yang mengandung bahan aktif delfamethrin permethrin.

Serangan ulat jati tidak berbahaya bagi pohon jati. Umumnya, serangan hanya berlangsung sekitar 1 minggu.

Ketika ulat jati menjadi pupa, ulat-ulat ini jatuh secara alami dari pohon.

Di beberapa tempat, ulat jati biasanya dipanen. Proses panennya dilakukan pada pagi hari untuk kemudian dijual maupun dimakan atau dijual.

Sementara itu, melansir pemberitaan Kompas.com, 13 April 2011, berikut ini beberapa cara untuk memperlambat pergerakan hama ulat bulu:

  • Lakukanlah pengamatan populasi ulat bulu pada permukaan daun bagian bawah. Dengan demikian, bisa diketahui sedini mungkin jika perkembangan ulat bulu meningkat. Pengamatan bisa dilakukan dua minggu sekali.

  • Terkait sanitasi. Jika ada pohon-pohon, jangan sempai serasah atau daun-daun keringnya menumpuk karena bisa menjadikan tempat lebih lembap dan mempercepat ulat berkembang biak.

  • Lakukan pemusnahan telur dan pupa atau kepompong. Cara ini akan memutuskan siklus metamorfosis menjadi ulat bulu. Apabila sudah menjadi kupu-kupu, kumpulkan lalu dibakar.

  • Penyemprotan insektisida yang efektif dilakukan secara massal dan serentak.

Adapun untuk mencegah timbul gatal-gatal akibat ulat, maka sebaiknya menghindari kontak langsung dengan ulat bulu, mencuci tangan, menutup makanan dan minuman, dan langsung segera kontak ke puskesmas dan fasilitas kesehatan terdekat bila gangguan menjadi parah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Amankah Memanaskan Kembali Teh yang Sudah Dingin?

Amankah Memanaskan Kembali Teh yang Sudah Dingin?

Tren
5 Pilihan Ikan Tinggi Kalsium, Bantu Cegah Tulang Rapuh

5 Pilihan Ikan Tinggi Kalsium, Bantu Cegah Tulang Rapuh

Tren
7 Tanda Tubuh Kelebihan Gula yang Jarang Diketahui, Termasuk Jerawatan

7 Tanda Tubuh Kelebihan Gula yang Jarang Diketahui, Termasuk Jerawatan

Tren
Wilayah Potensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 27-28 April 2024

Wilayah Potensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 27-28 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

Tren
Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com