Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Prestasi Jauhari Johan, Peraih Medali Emas Kedua SEA Games 2019 untuk Indonesia

Kompas.com - 02/12/2019, 13:35 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Atlet cabang olahraga (cabor) duathlon, Jauhari Johan, berhasil meraih medali emas kedua untuk kontingen Indonesia pada ajang SEA Games 2019.

Kemenangan tersebut ia dapatkan saat bertanding di Subic Bay, Subic, Filipina, Senin (02/12/2019).

Pertandingan tersebut mempertandingkan kombinasi lomba lari dan balap sepeda.

Bagaimana jejak prestasi Jauhari selama ini? Mari mengenalnya lebih jauh...

Jauhari Johan merupakan atlet lari yang berasal dari Sumatera Selatan.

Nama Jauhari sudah lama dikenal sebagai atlet lari yang mengukir banyak prestasi.

Ia pernah memenangi emas pada kejuaraan nomor lari 10.000 kilometer di PON XVI Palembang 2004.

Ia juga pernah tampil sebagai juara kategori elite nasional event 10 kilometer Jakarta.

Di ajang internasional, ia menempati peringkat kedua lari Half Marathon Incheon di Korea.

Ia juga sempat berada di urutan keenam lomba lari marathon pada SEA Games Thailand tahun 2007.

Baca juga: Jauhari Johan Persembahkan Medali Emas Kedua Indonesia di SEA Games 2019

Pada SEA Games XXV Laos yang berlangsung pada 2009, prestasi Jauhari Johan meningkat.

Ia meraih perak pada ajang lari nomor 10.000 meter di event tersebut.

Sementara, pada SEA Games XXVI yang berlangsung pada 2011, Jauhari meraih emas untuk nomor 5.000 meter putra.

Prestasi lain yang pernah diraihnya adalah menjuarai lomba marathon Bukittinggi Milo Wisata Internasional 10 K pada tahun 2013 untuk kategori nasional putra.

Event tersebut merupakan event yang diikuti beberapa negara seperti Kenya, Filipina, dan beberapa negara Afrika lainnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com