KOMPAS.com - Indonesia berada di lingkaran Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire dengan gunung api yang tersebar hampir di seluruh wilayah Tanah Air.
Masyarakat yang tinggal di kawasan ini, terutama yang berada di wilayah dekat gunung api, perlu mengantisipasi bencana dan meningkatkan upaya penyelamatan.
Pada Minggu (17/11/2019) kemarin, Gunung Merapi meletus dengan ketinggian kolom 1.000 meter.
Hingga Senin (18/11/2019) ini, kondisinya dilaporkan aman, meski masih ada larangan beraktivitas dengan radius 3 kilometer.
Bagaimana dengan situasi gunung-gunung api lainnya di Indonesia?
Kepala Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (18/11/2019) pagi, memberikan laporan terkini 12 gunung api di Indonesia.
Baca juga: Aman, Kondisi Terkini Gunung Merapi Pagi Ini
Berikut penjelasannya:
Terakhir, tingkat aktivitas vulkaniknya turun menjadi Level III atau Siaga sejak 20 Mei 2019.
Letusan terakhir yang tercatat terjadi pada 9 Juni 2019 menghasilkan kolom erupsi 7.000 meter.
Kasbani mengatakan, menlalui rekaman seismograf pada Minggu (17/11/2019), tercatat gunung api ini mengalami 4 kali gempa Hembusan, 4 kali gempa Tornillo, 2 kali gempa low frequency.
Selain itu, Gunung Sinabung juga mengalami 2 kali gempa hybrid serta 6 kali gempa Tektonik Jauh.
Dengan adanya aktivitas ini, PVMBG menyarankan masyarakat, pengunjung, maupun wisatawan agar tidak beraktivitas di desa-desa yang telah direlokasi.
Selain itu, masyarakat disarankan tidak mengunjungi area gunung dalam radius 3 kilometer dari puncak, radius 5 kilometer untuk sektor selatan-timur, dan radius 4 kilometer untuk sektor timur-utara.
Sementara, jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker bila keluar rumah. Hal ini dilakukan guna mengurangi dampak kesehatan yang diakibatkan abu vulkanik.
Masyarakat juga diimbau untuk mengamankan sarana air bersih dan membersihkan atap rumah dari abu.
"Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar," ujar Kasbani.
Baca juga: Sampai Kapan Merapi Akan Terus Erupsi?
Kasbani mengatakan, gunung api tersebut telah memasuki fase erupsi mulai 21 November 2017 setelah "tertidur" selama 53 tahun.
Adapun letusan terakhir terjadi pada 13 Juni 2019 dengan tinggi kolom yang tidak teramati.
Pada Senin pagi ini, Gunung Agung terlihat jelas hingga tertutup Kabut 0-III.
Dari puncaknya, teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis setinggi 50 meter dari puncak.
Melalui rekaman seismmograf pada Minggu (17/11/2019), gunung api ini mengalami dua kali aktivitas vulkanik, yaitu 1 kali gempa tektonik lokal dan 1 kali gempa tektonik jauh.
Sementara, rekaman seismograf pada Senin pukul 00.00-06.00 WIB tercatat terdapat 2 kali gempa vulkanik dangkal.
Dengan adanya aktivitas tersebut, masyarakat di sekitar Gunung Agung maupun para pendaki dan wisatawan diimbau untuk tidak berada atau melakukan pendakian dan aktivitas di sekitar Zona Perkiraan Bahaya.
Zona perkiraan bahaya berada dalam radius 4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung.
Zona Perkiraan Bahaya tersebut bersifat dinamis.
Artinya, patokan zona tersebut bisa dievaluasi dan berubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan teraktual.
Selain itu, masyarakat yang bermukim da beraktivitas di sekitar aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung juga harus mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan.
Bahaya ini dapat terjadi terutama saat musim hujan yang mengakibatkan terpaparnya material erupsi di area puncak.
"Area landaan aliran lahar hujan mengikuti aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung," ujar Kasbani.
Letusan terakhir Gunung Karangetang pada 25 November 2018 menghasilkan kolom erupsi setinggi 500 meter dengan warna kolom Kelabu.
Pada hari ini, gunung ini terlihat jelas hingga tertutp Kabut 0-II.
Berdasarkan pengamatan PVMBG, asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas sedang tinggi sekitar 150 meter dari puncak.