Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penerima Nobel Sebut Manusia Tidak Akan Bisa Tinggal di Planet Lain

Kompas.com - 19/10/2019, 19:34 WIB
Rosiana Haryanti,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Michael Mayor, astrofisikawan yang juga penerima Hadiah Nobel di bidang fisika tahun ini berpendapat bahwa manusia tidak akan bisa tinggal di planet lain.

"Jika kita berbincang tentang exoplanet, semuanya harus jelas. Kita tidak akan bermigrasi ke sana," ucap Mayor kepada Agence France-Presse (AFP).

Melansir Live Science, Rabu (16/10/2019), Mayor mengatakan, seluruh exoplanet atau planet-planet di luar tata surya sangat jauh untuk dijangkau manusia.

Bahkan untuk menjangkau planet yang layak untuk ditinggali dengan jarak puluhan tahun cahaya, sulit untuk diraih karena terkendala jarak.

Mayor merupakan penemu planet pertama yang mengorbit di bintang di luar sistem tata surya saat ini.

Bersama dengan rekannya, Didier Queloz, mereka menemukan planet di luar sistem tata surya pertama pada tahun 1995. Planet yang mirip dengan Jupiter tersbeut diberi nama 51 Pegasi b.

Baca juga: Studi Ungkap, Venus Pernah jadi Planet Layak Huni

Sejak saat itu, lebih dari 4.000 exoplanet lain telah ditemukan di luar tata surya. Namun tampaknya, tidak ada planet layak yang bisa dijangkau oleh umat manusia.

Profesor astrofisika planet di University of California di Riverside, Stephen Kane mengemukakan pandangan serupa. Menurutnya, seluruh bintang di jagad ini berada dalam jarak yang sangat tak terbatas.

"Sebagai spesies, kita berjuang sangat keras hanya untuk mencapai satelit Bumi," ucap Kane.

Dia berpendapat, umat manusia mungkin bisa mengirim manusia ke Mars pada 50 tahun mendatang. Namun ia menyatakan, sulit bagi manusia untuk bisa memgorbit di Jupiter dalam beberapa abad ke depan.

Hal ini kemudian meneguhkan pandangan Mayor mengenai ketidakmungkinan manusia untuk hidup di planet lain.

Pasalnya, bintang terdekat di luar tata surya berjarak 70.000 kali besar dibanding jarak Bumi ke Jupiter.

"Semua bintang secara efektif berada di luar jangkauan," ucap dia.

Dekan emeritus dari Departemen Astronomi di Foothil College, California juga menyetujui pendapat tersebut.

Dia mengatakan, dalam waktu dekat umat manusia tidak mungkin bisa sampai dan hidup di planet lain di luar tata surya.

Tetapi ia tidak menyangkal, jika masih ada kemungkinan bahwa manusia masih bisa mencapai bintang dan planet-planet lain yang layak huni.

"Saya tidak akan pernah mengatakan kita tidak akan pernah bisa mencapai bintang-bintang dan planet-planet yang layak huni. Siapa yang tahu bagaimanan teknologi kita akan berkembang setelah satu juta tahun evolusi," kata dia.

Baca juga: Kali Pertama, Astronom Temukan Air di Planet Luar Tata Surya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com