Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1967, Peresmian Sumur Lubang Buaya Dihadiri Tunangan Pierre Tendean

Kompas.com - 01/10/2019, 19:00 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Tepat hari ini 52 tahun yang lalu, 1 Oktober 1967, Presiden ke-2 Republik Indonesia Soeharto meresmikan cungkup Monumen Pahlawan Revolusi di Jakarta.

Cungkup itu dibangun tepat di atas lubang sumur yang menjadi lokasi gugurnya para Pahlawan Revolusi, tepatnya di Lapangan Pancasila, Jakarta Timur.

Peresmian ini dihadiri oleh sejumlah petinggi, mulai dari Ketua MPRS Jenderal A. H. Nasution, Ketua DPRGR Akhmad Saikhu, para Menteri, perwira petinggi ABRI, dan lain-lain.

Mereka menyatu dalam hikmatnya peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang diawali dengan menyanyikan lagu Hening Cipta yang dipimpin oleh Presiden.

Pacasila juga dibacakan oleh Nasution di hadapan para undangan yang hadir. Selanjutnya dibacakan penjelasan mengenai Peringatan Kesaktian Pancasila.

Baca juga: Hari Kesaktian Pancasila, Tragedi G30S/PKI dan Hari Berkabung Nasional

Ketika itu, Pancasila direfleksikan dalam doa yang dilantunkan secara Islam, Katolik, Protestan, dan Hindu.

Sebagai puncak acara, Soeharto pun meresmikan Monumen Pahlawan Revolusi dengan menekan tombol khusus dan menempel lambang bintang pada relief yang terdapat di monumen tersebut.

Prosesi ini juga dibarengi dengan suara tembakan ke udara yang terdengar sebanyak 7 kali.

Proses peresmian ini dihadiri oleh tunangan Kapten Pierre Tendean, salah satu Pahlawan Revolusi yang jasadnya dimasukkan dalam sumur Lubang Buaya.

Pierre Tendean sendiri merupakan ajudan dari A.H. Nasution.

Dari pemberitaan Harian Kompas 2 Oktober 1967, disebutkan sang tunangan tidak bisa menahan keharuannya saat melihat lubang tempat jasad sang kekasih ditemukan.

Ia hadir dengan didampingi 2 orang dari Komando Wanita Angkatan Darat (Kowad).

Pahlawan Revolusi berjumlah 10 orang namun yang jasadnya dimasukkan dalam Lubang Buaya berjumlah 7 orang.

Mereka adalah Ahmad Yani, R. Suprapto, Mas Tirtodarmo Haryono, Siswondo Parman, D.I. Panjaitan, Sutoyo Siswomiharjo, dan Pierre Tendean.

Para Kusuma Bangsa itu terbunuh oleh para pengkhianat atau kaum kontra revolusi Gestapu PKI yang berusaha merebut kekuasaan sah dari tangan pemerintah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com