Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kiprah Sukanto Tanoto, Pernah Bersaing di Bursa New York hingga Masuk Daftar Orang Terkaya

Kompas.com - 20/09/2019, 13:37 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nama Sukanto Tanoto menjadi perbincangan setelah disebut bahwa lahan milik perusahaannya di Kalimantan Timur akan digunakan sebagai lahan ibu kota baru.

Menteri Perancanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas, Bambang Brojonegoro membenarkan kabar itu.

Sukanto bukan pemain baru dalam dunia bisnis di Indonesia.

Harian Kompas, 16 Februari 1995, menuliskan, Asia Pacific Resource International Holding Ltd (APRIL), perusahaan milik Sukanto, pernah bersaing di bursa New York (NYSE) pada tahun itu.

Nama lain dari Indonesia yang bersaing di bursa New York saat itu adalah Eka Tjipta Widjaya, pemilik Sinar Mas Group.

Sukanto berharap dengan keikutsertaannya pada bursa New York, bisa mendapatkan ekspansi dana untuk pengembangan pabriknya di China dan Indonesia.

Baca juga: Lahan Ibu Kota Baru Disebut Milik Sukanto Tanoto, Siapakah Dia?

Sebesar 11 persen saham APRIL yang dilepas akan menghasilkan dana segar sebesar 240 juta dollar AS.

Selang setahun setelah APRIL mencatatkan sahamnya di bursa saham New York, Harian Kompas, 6 Mei 1996, memberitakan, perusahaan itu mencatat kenaikan penjualan.

Perusahaan tersebut kemudian menjalin kerja sama dengan dengan salah satu pabrik kertas kunci untuk memperkuat posisinya di pasar kertas.

Sebagai informasi, APRIL yang memiliki kantor administrasi di Singapura tersebut dibentuk untuk mengembangkan dan menganekaragamkan bisnis kertas dan serat rayon di kawasan Asia Pasifik.

Perusahaan ini memiliki 60,7 persen saham pada PT Inti Indorayon Utama dan 98,9 persen pada PT Riau Andalan Pulp and Paper.

Sementara itu, Riau Pulp memiliki fasilitas 1.750 hektar hutan di Riau dengan produksi 750.000 ton pulp setahun.

Baca juga: Akhir 2019, Negara Tarik Konsesi Lahan Perusahaan Sukanto Tanoto

Pada 1995, industri kertas di bawah APRIL ini memberikan pemasukan bersih 40,8 juta dollar AS dari penjualan bersih 480 juta dollar AS.

Kesuksesannya dalam mengembangkan bisnis mencatatkan nama Sukanto ke dalam lima daftar orang terkaya di Singapura pada 2014, seperti diberitakan Kompas.com, 4 Maret 2014.

Tak hanya itu, nama Sukanto juga tercatat dalam daftar orang terkaya di dunia pada 2014 versi Forbes.

Dalam daftar tersebut, disebutkan harta kekayaan Sukanto Tanoto sebesar 2,1 miliar dollar AS.

Sukanto tercatat menempati peringkat 828 dunia di bawah beberapa nama konglomerat Indonesia lain.

Diberitakan Kompas.com, 5 Desember 2014, nama Sukanto Tanoto juga pernah tercatat dalam daftar 10 besar orang terkaya di Indonesia versi Forbes.

Lahan milik negara

Mengenai lahan yang disebut milik Sukanto Tanoto, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bapenas, Bambang Brojonegoro tak membantah bahwa lahan ibu kota baru berada di area lahan perusahaan swasta.

Meski demikian, ia mengatakan, lahan itu merupakan lahan milik negara yang hanya dikonsesikan kepada perusahaan swasta tersebut.

Bambang memastikan bahwa lahan negara yang dikonsesikan berbeda dengan lahan yang diberikan dengan hak milik. Negara setiap saat bisa menarik kembali lahan tersebut.

Pada hari ini, Jumat (20/9/2019), Bambang mengatakan, negara akan menarik konsesi lahan perusahaan swasta yang masuk wilayah ibu kota baru Indonesia di Provinsi Kalimantan Timur.

Langkah tersebut akan ditempuh maksimal akhir 2019 ini.

Untuk menarik kembali konsesi itu, Bappenas akan berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com