Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Chrisye, Biografi dan Perjalanan Kariernya...

Kompas.com - 16/09/2019, 15:26 WIB
Rosiana Haryanti,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Google Doodle pada hari ini, Senin (16/9/2019), menampilkan karikatur penyanyi legendaris Indonesia, Chrisye.

Selama berkarya, penyanyi kelahiran Jakarta, 16 September 1949 ini, mengawali karier bermusik sejak dekade 1960-an.

Arsip Harian Kompas, 16 Agustus 1992, menuliskan, pria yang memiliki nama lengkap Chrismansyah Rahadi ini adalah anak kedua dari tiga bersaudara.

Nama Chrisye ia sandang sejak bergabung dengan grup Gipsy pada 1969.

Bahkan, saat masih menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas, Chrisye bergabung dalam grup band PSKD (1966-1967), Sabda Nada (1968-1969), The Pro's, dan Badai Band.

Sebelum memulai karier sebagai penyanyi solo, Chrisye pernah menempuh pendidikan arsitektur selama satu tahun.

Dengan alasan tidak betah, ia lalu berpindah haluan dan mempelajari dunia perhotelan di Akademi Perhotelan dan Kepariwisataan.

Pemberitaan Harian Kompas, 17 Oktober 1993 menyebutkan, pada bidang baru ini, Chrisye hanya bertahan selama tiga tahun.

Baca juga: Mengenang Musikalitas Chrisye, Sang Legenda Musik Indonesia

Setelah drop out, dia menerima tawaran untuk bermain band di Amerika Serikat (AS) pada tahun 1973 bersama dengan Gipsy.

"Berangkatlah saya dan bermusiklah hingga saat ini," ujar Chrisye, kala itu.

Dalam perjalananan bermusik selanjutnya, ia masih melibatkan rekan-rekannya dalam Grup Gipsy dan menghasilkan beberapa karya seperti Lilin Kecil (1976) karya James F Sundah, Jurang Pemisah (1976), dan lagu fenomenal Badai Pasti Berlalu (1977).

Saat itu, ia bersama band yang beranggotakan Yockey Soeryoprayogo (keyboard), Keenan Nasution (drum), Ronny Harahap (keyboard), Fariz RM (drum), dan Odink Nasution (gitar) membawakan lagu-lagu ciptaan Eros Djarot.

Setelah sukses dengan lagu karya Eros Djarot, Chrisye lalu membuat ledakan dengan lagu-lagu ciptaannya sendiri.

Album yang berjudul Sabda Alam (1977) bahkan terjual hingga 400.000 keping.

Setelah itu, berturut-turut ia menelurkan karya, seperti Percik Pesona (1979), Puspa Indah Taman Hati (1979), Pantulan Cinta (1980), Resesi (1983), Metropolitan (1983), Nona (1984).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com