Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kebiri Manusia, Pelayan yang Dipercaya hingga Suara dari Surga

Kompas.com - 27/08/2019, 06:30 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Heru Margianto

Tim Redaksi

Sementara di Persia, kebiri sudah dipraktikkan 3.000 tahun sebelum masehi. Kasim diposisikan sebagai pendeta yang disucikan.

Namun banyak juga orang kasim kala itu yang berprofesi sebagai pemusik, penyanyi, pelayan, koki, tentara, penjaga harem, dan pegawai.

Di peradaban Yunani Kuno, Plato menganggap orang kasim adalah orang yang berbahaya dan kejam. Ini masuk akal mengingat orang kasim saat itu adalah tawanan perang yang dikebiri paksa, sehingga mereka memendam amarah.

Raja-raja Persia biasa mengambil penduduk terbaik dari tanah jajahan untuk dikebiri dan melayani kerajaan.

 

Kerajaan Asyur atau Asiria mengirimkan 500 bocah kasim ke Raja Darius I setiap tahun. Begitu juga Etiopia yang wajib mengirimkan 100 orang kasim ke Persia setiap tahun.

Setelah Islam berkembang, kebiri tak terlalu diakui. Nabi Muhammad sendiri tak memiliki budak yang dikebiri.

Kendati demikian, budaya memiliki harem di peradaban Timur Tengah membuat kebiri masih dipraktikkan. Orang kasim adalah pelayan yang dipercaya untuk menjaga harem, tempat yang berisi sejumlah wanita. Harem baru dilarang di Arab pada tahun 1962.

Di China, praktik kebiri dilakukan sejak Dinasti Xia (2205-1776 sebelum masehi). Awalnya, kebiri hanya dilakukan bagi tawanan perang atau orang dari suku pedalaman.

Orang kasim dipercaya karena tak punya keluarga atau ambisi membangun dinastinya sendiri. Mereka bertugas melayani kerajaan dan para bangsawan.

Termasuk sang kaisar yang biasanya punya puluhan istri dan selir. Diperkirakan ada 100.000 orang kasim yang bekerja di era Dinasti Ming (1368 hingga 1644).

Kebiri dan peran kasim dalam kerajaan ini juga diterapkan di Korea, India, hingga Vietnam.

Suara surgawi para kasim

Kendati kebiri dilarang oleh Gereja Katolik, pada tahun 1878, Paus Leo XIII mengizinkan kebiri untuk kebutuhan gereja.

Anak laki-laki dikebiri sejak dini, sekitar 4.000 per tahunnya, untuk mengembangkan suara mereka.

Saat itu, gereja menolak keberadaan perempuan. Suara treble atau soprano dihasilkan oleh laki-laki yang dikebiri.

Dengan kebiri, hormon yang mengubah suara laki-laki saat puber tak lagi ada. Suara laki-laki akan tetap sama seperti saat kanak-kanak.

Ilustrasi.SHUTTERSTOCK Ilustrasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com