Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bajakah Mulai Dijual Online Rp 30.000-Rp 2 Juta, Bagaimana Menyikapinya?

Kompas.com - 20/08/2019, 07:35 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comBajakah. Nama tanaman ini menjadi perbincangan hangat selama hampir dua pekan terakhir setelah hasil penelitian siswa sebuah SMA negeri di Palangkaraya menemukan bahwan tanaman khas hutan Kalimantan Tengah ini diklaim bisa menyembuhkan penyakit kanker.

Temuan soal khasiat bajakah ini mengantarkan para siswa itu mendapatkan medali emas dalam World Invention Creativity Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan, beberapa waktu lalu.

Tak lama berselang, akhir pekan lalu, Kompas.com menelusuri penjualan bajakah secara online di dua marketplace.

Hasilnya, ditemukan banyak penjual online yang menjual bajakah dengan harga bervariasi.

Dari penelusuran Kompas.com, ada yang menjual bajakah seharga Rp 30.000 untuk berat 125 gram.

Ada pula yang menjual hingga Rp 2 juta untuk 1 kilogram bajakah.

Baca juga: 5 Tanggapan Para Pakar atas Kontroversi Bajakah sebagai Obat Kanker

Sebagian besar penjual online menyebutkan lokasinya dari sejumlah daerah di Kalimantan, ada pula daerah di Jawa Tengah.

Bagaimana menyikapi hal ini, dan apa yang harus diperhatikan sebelum memutuskan percaya dan membeli bajakah secara online

Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional Kementerian Kesehatan RI Dr. dr. Ina Rosalina, Sp.A(K), MH.Kes mengingatkan agar masyarakat berhati-hati dan tidak sembarangan membeli obat herbal, termasuk bajakah.

“Kalau membeli untuk tujuan pengobatan, nanti dulu,” kata Ina, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (18/8/2019).

Ia menyebutkan, Indonesia memang memiliki kekayaan hayati, yang banyak di antaranya merupakan tanaman obat.

Pemanfaatan tanaman obat, termasuk bajakah, harus melalui kajian ilmiah dan penelitian yang teruji sebelum dinyatakan bisa sebagai penyembuh suatu penyakit.

Melalui sejumlah tahapan

Sebelumnya, dilansir dari pemberitaan Kompas.com, untuk mengklaim bajakah sebagai penyembuh kanker dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Saat ini, bajakah baru diujicoba terhadap tikus.

"Karena uji coba terhadap tikus dan manusia itu berbeda," kata Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof Dr dr Aru Sudoyo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com