KOMPAS.com - Malam Lailatul Qadar adalah salah satu malam paling istimewa bagi umat Islam yang ada dalam bulan Ramadhan.
Lailatul Qadar secara harfiah memiliki arti malam ketetapan, yang diyakini menjadi waktu di mana Allah menetapkan turunnya Al Quran untuk pertama kalinya.
Meski tak ada yang tahu kapan turunnya Lailatul Qadar, sejumlah ulama telah membuat kaidah atau cara menghitung perkiraan jatuhnya malam yang lebih baik dari seribu malam itu.
Salah satunya adalah seorang ulama dan filsuf Islam kelahiran Tus, Iran (dulu bagian dari Kekaisaran Persia), Imam Ghazali.
Lantas, kapan perkiraan malam Lailatul Qadar menurut Imam Ghazali?
Perkiraan jatuhnya malam Lailatul Qadar 2024
Malam Lailatul Qadar identik dengan malam ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.
Merujuk I'anatu at-Thalibin, seperti dilansir Kompas.com, Imam Ghazali mengatakan bahwa waktu turunnya Lailatul Qadar dapat diketahui dari hari permulaan Ramadhan.
Berikut perinciannya:
Lantaran pemerintah Indonesia menetapkan awal Ramadhan 2024 jatuh pada Selasa (12/3/2024), Lailatul Qadar berpotensi jatuh pada malam 27 Ramadhan atau bertepatan dengan Sabtu (6/4/2024) malam.
Namun, kaidah tersebut bisa berpeluang benar dan salah karena tidak ada yang tahu secara pasti kapan turunnya Lailatul Qadar.
Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk menghidupkan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Dikutip dari lamab Lembaga Fatwa Mesir, mantan Mufti Besar Mesir Syekh Ali Jum'ah Muhammad mengatakan, banyak ulama berbeda pendapat dalam menentukan Lailatul Qadar.
Kendati demikian, dia berharap agar umat Islam tetap menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan, bukan terbatas pada malam ganjil.
Hal tersebut sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA:
"Rasulullah SAW bersabda: 'Barang siapa yang menghidup-hidupkan (dengan beribadah) malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala, maka dosanya yang telah berlalu akan diampuni'."
Al Quran telah menjelaskan, malam Lailatul Qadar lebih baik dan mulia dari seribu bulan.
Artinya, amal ibadah dan kebaikan yang dikerjakan pada malam ini layaknya beribadah dan berbuat baik selama seribu bulan.
Berkat keutamaan dan keagungan itu, Allah merahasiakan Lailatul Qadar di antara sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Imam Al-Qurtubi dalam tafsirnya pun mengungkapkan sejumlah ciri-ciri malam Lailatul Qadar.
Tafsir tersebut menjelaskan, salah satu ciri Lailatul Qadar adalah Matahari ketika pagi hari akan terbit dengan warna putih.
Sementara dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW telah menunjukkan beberapa tanda Lailatul Qadar, yakni:
"Sesungghnya di malam Lailatul Qadar, malam akan terang, cerah, tidak panas, dan tidak dingin. Pada siang harinya, Matahari terbit dengan terang tetapi tidak terlalu memancar."
Selain itu, 'Ubaid bin 'Amir menceritakan pengalamannya ketika berada di laut pada malam 27 Ramadhan.
"Saat malam 27 Ramadhan, saya sedang berada di tengah laut. Saya kemudian mengambil air laut dan kemudian mendapati air tersebut manis dan lembut," kata 'Ubaid.
Keistimewaan malam Lailatul Qadar
Sementara itu, sebagai malam penuh keistimewaan, Lailatul Qadar memiliki sejumlah keutamaan bagi umat Islam.
Berikut keutamaan Lailatul Qadar, dikutip dari Kompas.com, Selasa (26/3/2024):
Untuk mendapatkan keutamaan malam Lailatul Qadar, umat Islam disarankan memperbanyak shalat malam, membaca Al Quran, dzikir, doa, dan sedekah dengan sungguh-sungguh.
(Sumber: Kompas.com/Ahmad Naufal Dzulfaroh, Erwina Rachmi Puspapertiwi | Editor: Sari Hardiyanto, Inten Esti Pratiwi)
https://www.kompas.com/tren/read/2024/03/31/100000865/mencari-malam-lailatul-qadar-menurut-perhitungan-imam-ghazali