KOMPAS.com - Bos atau atasan dengan kecerdasan emosional tinggi dapat membuat pekerjaan anak buahnya lebih mudah.
Namun, bekerja untuk seseorang yang tidak memiliki kemampuan ini akan menyebabkan karyawan rajin sekali pun mempertimbangkan untuk mengundurkan diri.
Dilansir dari Healthline, kecerdasan emosional atau emotional intelligence adalah kemampuan untuk memahami serta mengatur suasana hati dan emosi diri sendiri maupun orang lain.
Orang-orang menggunakan kecerdasan ini untuk memecahkan masalah, memenuhi kebutuhan diri sendiri atau orang lain, serta berempati dan memengaruhi orang lain.
Orang dengan kecerdasan emosional rendah, mungkin merasa sulit mengidentifikasi emosi secara akurat, mengenali perasaan orang lain, atau mengekspresikan dan menghormati kebutuhan emosional.
Tak heran, rendahnya tingkat kecerdasan ini dapat menimbulkan masalah dalam hubungan, termasuk hubungan kerja.
Lantas, apa saja tanda bos dengan kecerdasan emosional rendah?
Tanda bos punya kecerdasan emosional rendah
Psikolog lulusan Harvard University, Amerika Serikat, Daniel Goleman mengatakan, kecerdasan emosional sangat berharga bagi para atasan.
Pasalnya, kemampuan ini akan sangat memengaruhi suasana persahabatan dan komunikasi di tempat kerja.
"Kurangnya hal ini dapat secara signifikan merusak semangat dan menghambat pertumbuhan Anda," ungkap Goleman, dilansir dari laman CNBC, Jumat (12/1/2024).
Dia melanjutkan, pemimpin yang kuat dan efektif umumnya menghindari tiga kebiasaan merusak yang berpengaruh pada performa anak buahnya.
Tiga kebiasaan tersebut dapat menjadi tanda kecerdasan emosional rendah, meliputi:
1. Teguran di depan umum
Goleman menjelaskan, tanda-tanda kecerdasan emosional rendah adalah menjadi marah dan membiarkan orang lain marah.
Misalnya, saat membuat kesalahan dalam sebuah presentasi besar, seorang atasan akan memarahi karyawan di depan umum, tanpa mengatur waktu untuk bertatap muka secara privat.
"Penelitian menunjukkan, hal ini mengasingkan karyawan, yang kemudian membenci (marah pada) bosnya," kata dia.
Sayangnya, teguran dan tindakan yang membuat pekerja tidak nyaman seperti ini sering kali terjadi di tempat kerja.
Bahkan, menurut survei dari Society for Human Resource Management pada 2019, 48 persen profesional HR mengatakan organisasi mereka mengalami kekerasan di tempat kerja.
Kekerasan tersebut termasuk tindakan pelecehan verbal, teriakan, dan intimidasi, yang membuat pekerja tidak nyaman.
Mendorong karyawan untuk berkembang adalah bagian penting dari pekerjaan seorang bos dan atasan di mana pun.
Namun, saat hal tersebut menjadi sebuah dorongan yang terus-menerus ingin dicapai hingga mengesampingkan sesuatu yang positif, itu termasuk pertanda buruk.
Menurut Goleman, pemimpin yang hanya melihat apa yang salah dengan orangnya, dalam hal ini pegawai, cenderung tidak pernah melihat sesuatu dengan benar.
Bos dengan gaya kepemimpinan seperti ini juga pasti akan menurunkan semangat kerja para karyawannya.
"Mereka kemungkinan besar mengarahkan sikap kritis ini pada dirinya sendiri," tutur Goleman.
3. Berargumen yang tidak perlu
Perdebatan di tempat kerja merupakan hal biasa. Namun, orang yang kukuh mempertahankan argumen tanpa menghargai pendapat orang lain dinilai kurang memiliki kecerdasan emosional, terutama para atasan.
Pemimpin yang selalu berdebat dan tidak pernah sepakat, dapat membuat bawahan merasa pendapatnya tidak dihargai, bahkan tidak mampu melakukan pekerjaannya.
"Terlibat dalam perselisihan terus-menerus melemahkan kelompok tersebut. Lebih baik jika seorang pemimpin dapat membantu menyelesaikan perselisihan," kata Goleman.
Alih-alih berkelahi, psikolog lulusan Harvard, Cortney S Warren mengatakan, para profesional dengan kecerdasan emosional tinggi dapat memvalidasi perasaan dan pengalaman orang lain.
Orang-orang ini juga cenderung terbuka untuk mengubah perspektif mereka sendiri.
"Kecerdasan emosional dikaitkan dengan kemampuan untuk berubah seiring waktu, seiring Anda belajar dan tumbuh," kata Warren.
Sebaliknya, orang dengan kecerdasan emosional rendah sering kali lebih kaku dan akan menolak upaya untuk berubah atau berkembang.
"Keyakinan yang kuat memang penting, tetapi keterbukaan terhadap kemungkinan-kemungkinan baru juga penting," tandasnya.
https://www.kompas.com/tren/read/2024/01/17/063000865/3-tanda-bos-punya-kecerdasan-emosional-rendah-termasuk-perfeksionis